Mendaki gunung menjadi kegiatan paling diminati oleh kalangan muda. Hal itu tak terlepas dari faktor eksternal. Di antaranya, film dan media sosial. Misal, rilisnya film bertemakan pendakian, baik dalam dan luar negeri. Gambaran dalam film sukses mewarnai dan menaikkan eksistensi keindahan gunung.
SALAH satunya Zangshue Helfina Purnama, perempuan 24 tahun yang mengaku jatuh cinta dengan keindahan gunung sejak menonton beberapa film tema serupa. Penasaran, akhirnya dia memutuskan mendaki untuk kali pertama pada 2015.
“Dibantu dengan media sosial juga tentunya. Sebelum, mendaki aku cari tahu dulu semampu apa sih tubuhku dan googling beberapa gunung sambil bertanya-tanya, sanggupnya medan yang seperti apa. Akhirnya pilihan pertama jatuh pada Gunung Merapi,” ucapnya.
Selain sudah merasa sanggup dengan trek yang dilalui, perempuan yang akrab disapa Fina itu mengaku Merapi lebih dekat dari kediamannya. Sebab, pada saat itu, dirinya merantau dan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Pengalaman pertama tak pernah dilupakan. Dalam perjalanan Fina mengaku panik atas kebodohannya tak membawa masker. Walhasil, di tengah perjalanan, dirinya nyaris pingsan karena menghirup asap belerang berlebihan.
“Teman aku yang sudah biasa mendaki langsung membasahi sarung dan menutup hidungku. Kerepotan? Ya pasti lah, sarung basah buat langkah semakin berat,” timpalnya. Namun, pada saat itu, dia dan enam rekannya tidak sampai menggapai puncak karena melihat kondisi Fina tak memungkinkan. Terlebih, jika semakin naik, asap semakin terasa. Daripada terjadi hal tidak diinginkan, mereka memutuskan menikmati keindahan dari punggung Merapi.
“Tapi, sungguh. Belum sampai puncak saja pemandangannya sudah menakjubkan, apalagi kalau sudah di puncak. Mulai dari situ aku selalu cari tahu, dan tertantang meraih puncak gunung lainnya,” bebernya.
Kini, tercatat tujuh gunung sudah dia taklukkan. Di antaranya Gunung Sumbing, Andong, Merbabu, Sindoro, dan Ungaran di Jawa Tengah. Gunung Piramid di Jawa Timur dan Gunung Bawakaraeng di Sulawesi Selatan.
Sebagai pencinta alam, Fina mengaku sedih dengan image gunung yang kini tertanam di masyarakat. Ditambah korban jiwa berjatuhan saat mendaki gunung kerap dikaitkan dengan mitos dan cerita misteri.
“Aku termasuk orang yang menghormati cerita mitos. Bisa dibilang aku percaya, kalau hal-hal tak kasat mata itu ada. Tetapi tergantung kitanya lagi, bisa bersikap sopan tidak. Jangan pernah punya niat untuk menaklukan alam, sebab sebaliknya alam yang akan menaklukan Anda,” ucapnya memperingatkan.
Perihal korban jiwa terus bertambah, Fina percaya pasti ada alasan-alasan yang masuk akal untuk dikaitkan. Misal, seperti kurangnya persiapan dan sikap egois selama mendaki. Hal itu diakui dr Sonny Gosal. Persiapan matang, wajib dilakukan semua individu yang memutuskan mendaki gunung. Khususnya pemula, sebab ada begitu banyak hal bisa terjadi.
“Saya menyarankan untuk tes kesehatan terlebih dahulu. Cek tekanan, gula darah. Dan yang paling penting, latihan fisik sebelum mendaki,” ungkap dokter Ahli Ilmu Faal Olahraga (AIFO) tersebut.
Kegiatan mendaki tak direkomendasikan Sonny untuk Anda yang pernah menderita penyakit jantung, diabetes, khususnya darah tinggi. Sebab, darah tinggi akan kambuh ketika tubuh merasakan lelah. Jika dipaksakan, khawatir terjadi serangan jantung. (*/nul*/rdm2)