Dorong Pengembangan Bisnis Rintisan

- Senin, 5 Agustus 2019 | 09:23 WIB

Mulai tahun ini, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menetapkan pengembangan aplikasi maupun permainan sebagai sektor unggulan di Kota Beriman. Balikpapan dipilih karena dinilai sebagai kota inovasi berkelanjutan (sustainable innovation).

 

BALIKPAPAN - Hal itu sesuai Keputusan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 83 Tahun 2019 tentang Kabupaten dan Kota Kreatif Indonesia. Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Balikpapan, Doortje Marpaung optimistis, pengembangan aplikasi dan permainan tersebut akan membantu mempromosikan ekonomi kreatif di Kota Minyak.

“Mulai tahun ini untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif akan dikembangkan aplikasi dan pengembang permainan. Aplikasi itu katanya (Bekraf) akan membantu mempromosikan ekonomi kreatif lainnya,” ujarnya, Minggu (4/8).

Dia menambahkan, ditetapkannya Kota Minyak sebagai salah satu pengembangan aplikasi maupun permainan sebagai sektor unggulan karena dianggap memiliki komitmen yang berkelanjutan pada sektor ekonomi kreatif. “Bekraf Pusat menetapkan sektor unggulan pada aplikasi karena Balikpapan memiliki komitmen berkelanjutan. Itu berdasarkan uji petik yang dilakukan pada 2016,” ucapnya.

Doortje mengamini bahwa selama tiga tahun terakhir Pemkot Balikpapan memiliki komitmen tinggi pada pertumbuhan ekonomi kreatif. Seperti pembentukan forum ekonomi kreatif dan kegiatan yang mengarah pada aplikasi. “Saat ini sudah dibentuk forum ekonomi kreatif juga banyak kegiatan yang mengarah pada aplikasi dan game. Bahkan ada dalam visi misi Pemkot dalam ekonomi kreatif,” tuturnya.

Dia mengungkapkan, sebenarnya saat dilakukan uji petik, Pemkot Balikpapan juga mengusulkan kuliner dan kerajinan. Namun, Bekraf tetap memilih sektor unggulan Balikpapan aplikasi dan permainan.

“Kami sempat bilang Balikpapan unggul pada kuliner dan kerajinan batik serta tenun. Tapi tim Bekraf menolak karena apapun kerajinan batik akan kalah dengan Jawa. Di sana (Jawa) sudah terbiasa dengan kerajinan. Sedangkan aplikasi dan pengembang permainan belum banyak. Makanya ini perlu didukung karena bisa men-support subsektor lain,” tuturnya.

Head of Digital Lounge Telkom Balikpapan Istia Budi mengatakan, pertumbuhan start-up di Kaltim atau di Balikpapan saat ini masih kecil. Dikembangkan sejak 2014, baru pada 2017 ini ada perkembangan yang cukup bagus.

“Dari tahun ke tahun memang ada pertumbuhan pelaku start-up. Namun pengembangannya masih by project. Aplikasi yang dibuat belum mengarah ke komersial. Baru tahun ini, sekitar tiga aplikasi sudah dikomersialkan,” ungkapnya.

Dia menilai para start-up rata-rata masih takut gagal jika dikomersialkan. Sebab banyak sekali kendala yang menghambat berkembangnya start-up di Bumi Etam. Mind set masyarakat kebanyakan masih ingin menjadi karyawan kantoran atau bekerja di tambang batu bara dan migas. Belum banyak yang melihat potensi yang luar biasa di bisnis ini. Ini bisa dilihat dari beberapa aplikasi sudah menghasilkan pundi-pundi uang dan lapangan pekerjaan yang cukup luas.

Apalagi, para orangtua, banyak yang mendorong anaknya untuk jadi pegawai. Mereka masih melihat sebelah mata pekerjaan start-up. “Kerjanya seperti jin. Diam saja dapat uang,” candanya. Industri digital ini, tidak harus memakai pakaian rapi layaknya orang kantoran. Cukup di depan komputer saja, para pelaku start-up sudah bisa mengembangkan bisnisnya.

Kendala lainnya adalah pemodalan. Minimal investasi start-up ini Rp 50 juta. Itu bertahan hingga 6 bulan. “Jika tidak ada profit, ya siap-siap saja gagal. Lalu, gaji untuk programmer itu cukup mahal. Bahkan siap-siap mengencangkan ikat pinggang,” pungkasnya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X