“Salam satu jiwa”, identik dengan Aremania (fans Arema FC). Raden Totok Mukarto, satu dari jutaan Aremania. Asli lahir di Malang. Namun, kini punya kebanggaan. Jadi bagian keluarga besar Dayak Kenyah.
PANGGILAN masuk berbunyi, dua pekan lalu. Di layar ponsel pribadi Totok, terpampang nama salah satu koleganya saat dia berdinas di Samarinda, sebagai kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Samarinda. “Yo, piye kabare (ya, bagaimana kabarnya dalam bahasa Indonesia)?” sapa Totok.
Saat itu, dia rupanya dapat kabar, menerima tanda kehormatan secara khusus. “Kok iso (bisa, dalam bahasa Jawa),” tanyanya untuk meyakinkan. Mimpi yang dianggap ayah satu anak itu jadi sebuah kenyataan. “Langsung saya pastikan. Datang,” ucapnya saat ditemui, kemarin (3/8), di halaman Lamin Adat Dayak Pampang, Samarinda Utara.
Totok semringah. Mendengar dirinya jadi bagian keluarga besar suku Dayak Kenyah. “Kata orang minum air Mahakam itu pasti kembali, dan ternyata benar,” ucapnya. Dia heran, mengapa putra asli Jawa mendapat gelar yang luar biasa dari warga Dayak Kenyah. “Ternyata ada bagian dari saya saat mengabdi bertugas di Samarinda,” ungkapnya.
“Tentu bagi saya, dinobatkan sebagai keturunan warga Dayak jadi sebuah kebanggaan tersendiri,” sambungnya.
Menerima penghargaan tertinggi, membuatnya semakin giat mengabdi sebagai aparatur sipil negara (ASN), khususnya di bidang kemaritiman. Budaya suku Dayak, di mata Totok, satu dari jutaan yang selalu jadi kebanggaan Indonesia.
Esrom Palan, ketua adat Dayak Kenyah Pampang, menjelaskan Totok diberi nama Kirip Paren Lung, yang artinya penguasa muara yang dihormati. “Muara dalam arti laut atau sungai. Pak Totok mampu memberikan ketertiban bagi para pelaut,” ungkapnya. Selain itu, di bawah kepemimpinan Totok, lanjut Esrom, pelayanan publik yang transparansi dan objektif. Selain Totok, istrinya, Ratna Sari Dewi, juga mendapat nama khusus. Idang Mening. “Sebagai cahaya yang bersih,” tambahnya.
Tak luput anaknya. RR Catherine Puteri Zafira juga mendapat nama khusus, Ulau Tau. Artinya sinar matahari. “Kelak, anak juga mampu menjadi tokoh yang baik di negeri ini,” pungkasnya. Totok kini punya dua kampung halaman. Malang dan Samarinda. “Saya berharap, anak muda Samarinda bisa jadi tokoh kemaritiman juga sampai level nasional,” pungkasnya. (*/dra/kri/k8)