Tiap Ada Getaran, Siswa Berlari ke Titik Selamat

- Rabu, 31 Juli 2019 | 13:18 WIB

Gempa, tsunami, dan likuefaksi meluluhlantakkan Kota Palu dan Donggala. Lebih dari 2 ribu orang meninggal akibat kejadian pada 28 September lalu tersebut. Kondisi alam sudah stabil. Warga yang menjadi korban terus berjuang melanjutkan hidup.

 

DIMAS NUR APRIYANTO, Palu, Jawa Pos

 

Waktu berlalu hampir sepuluh bulan. Sindri masih ingat betul detail menit-menit terjadinya gempa di tempatnya tinggal. Di Desa Ramba, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, Palu. Gempa berkekuatan 7,4 skala Richter menghancurkan kampung halamannya.

’’Kami sedang menggelar acara mengenang 40 hari meninggalnya tante,’’ kata Sindri yang ditemui di posyandu darurat milik Wahana Visi Indonesia dan HSBC di Desa Ramba dua pekan lalu. Sindri sedang hamil enam bulan. Suara azan Magrib ketika itu mendadak terkalahkan oleh teriakan ketakutan dan ujaran takbir orang sekitar. Pada waktu bersamaan, dia merasakan kuatnya tanah yang bergerak karena gempa. Tangan suaminya erat mencengkeram jemarinya.

’’Tanah bergoyang itu sekitar semenit. Tapi kencang sekali. Saya dan suami lari ke luar. Saya tiarap nggak jauh dari teras rumah. Ya, sekitar 2 meter. Kelihatan dari luar rumah, lemari bergerak dan beberapa atap rumah berjatuhan. Ngeri,’’ kenangnya.

Sebelum bertiarap di depan rumah, Sindri sempat terbentur tiang batu bata di teras. Dia pun tersungkur. Perutnya terbentur undak-undakan batu bata yang dibuat mengitari taman kecil depan rumah. Begitu tanah tenang, Sindri dan suami berlari menjauhi rumah.

Kelegaan hati tak bertahan lama. Semenit kemudian, tanah kembali diguncang gempa. Kali ini lebih dahsyat. Rumahnya runtuh. Ambrol. Hanya tersisa fondasi. Tangis bersahut-sahutan dengan rapalan doa dan jeritan. Suasana sangat mencekam. Matahari sudah tenggelam. Langit gelap. Makin gulita karena listrik padam. Sejak itu Sindri dan suami harus mengucapkan selamat tinggal pada rumahnya. Begitupun warga desa itu.

Sindri belum membangun rumah lagi. Memang masih takut ada gempa. Namun, alasan terbesarnya adalah tidak punya uang. Kini dia tinggal di rumah hunian sementara (huntara) yang dibangun pemerintah.

’’Dibilang nggak enak, mau bagaimana lagi? Siang hari sangat panas. Tapi, mau tinggal di mana lagi?’’ ungkapnya. Sindri terdiam. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Dia membelai kepala putranya yang lahir Januari lalu. Perempuan 17 tahun itu menyebutkan, setiap kepala keluarga (KK) mendapat satu petak huntara. Berukuran 4 x 4 meter persegi. Satu blok berisi 20 KK.

Dia tidak mengetahui berapa KK yang tinggal di huntara bersama dirinya. Banyak orang yang tidak dikenalnya. Sebetulnya, Sindri ingin pergi dari Palu. Memperbaiki kondisi dan melupakan trauma. Tiap ada di situ, dia jadi selalu ingat peristiwa gempa. Namun, tak ada tempat yang bisa ditujunya. ’’Kami tidak ada saudara di luar Palu,’’ katanya.

Ditemui di lokasi yang sama dengan Sindri, kader posyandu Desa Ramba, Risna, menuturkan, dibutuhkan waktu sebulan untuk menggelar kembali kegiatan posyandu pascabencana. Dia menyatakan, saat itu banyak bayi yang mengalami penurunan berat badan.

’’Anak berusia 5 bulan, berat badannya bisa sekitar 2 kg. Bayi-bayi makan dan minum seadanya. Belum lagi mereka yang melewatkan vaksin,’’ ungkapnya.

Dengan jumlah kader dan alat yang minim, posyandu digelar di tenda darurat. Tantangan yang dihadapi adalah mengembalikan rasa percaya diri para ibu yang menjadi korban. Menurut Risna, tidak mudah menggerakkan mereka datang ke posyandu. Tidak putus akal, Risna dan tim kader pun mendatangi mereka. Dari rumah ke rumah. Satu per satu. ’’Respons yang didapat bermacam-macam. Kebanyakan negatif. Mereka protes, ini baru gempa, belum berpikir ke posyandu,’’ katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X