JAKARTA– Hingga kemarin dilaporkan ada lima provinsi dan tiga kabupaten yang menyatakan siaga pada kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sementara itu, kemarau diprediksi jauh lebih parah dari tahun lalu. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam pengamatannya bahkan mencatat bawah kemarau di 2019 akan jauh lebih kering.
Deputi bidang Koordinasi Kerawanan Sosial dan Dampak Bencana Kemenko PMK Dody Usodo kemarin (30/7) menegaskan akan dilakukan koordinasi bersama antara kementerian dan lembaga untuk membahas hal ini. Sejauh ini upaya pencegahan khusus bencana karhutla telah dilakukan. Diantaranya melalui sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla.
”Untuk masalah Karhutla, Kemenko PMK mencatat, terdapat beberapa provinsi rawan yang mengalami kenaikan jumlah hotpsot,” ujarnya kemarin saat ditemui di Kantor Kemenko PMK. Provinsi itu adalah Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Sedangkan hingga 1 Juli sudah lima provinsi dan tiga kabupaten yang menetapkan siaga darurat karhutla. Provinsi yang menyatakan siaga adalahRiau, Kalbar, Sumsel, Kalteng, dan Kalsel. Sedangkan tiga kabupaten yang menyatakan hal sama adalah Dumai, Sambas, dan Siak.
Selain itu, bencana lain saat musim kemarau adalah kekeringan. 7.045.400 liter sudah didistribusikan kementerian dan lembaga untuk mengantisipasi bencana tersebut. Selain itu, penambahan jumlah mobil tanki, hidran umum, pembuatan sumur bor, dan kampanye hemat air juga dilakukan.
”Untuk bencana kekeringan, BNPB mengindentifikasi sebanyak 55 kepala daerah telah menetapkan Surat Keputusan Bupati dan Walikota Tentang Siaga Darurat Bencana Kekeringan,” ujarnya.
Plh Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Agus Wibowo menyatakan personel gabungan bekerja keras untuk melakukan pemadaman dan pendinginan daerah yang terdapat titik api. Personel tersebut merupakan bagian dari Satuan Tugas (Satgas) darat berasal dari unsur TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, masyarakat peduli api, dan kementerian serta lembaga terkait. ”Total personel gabungan berjumlah 5.929 personel yang tersebar di lima provinsi,” ucapnya.
Upaya pengendalian yang dilakukan satgas darat didukung oleh operasi udara. di bawah kendali satgas udara. Helikopter disiagakan di empat provinsi, yaitu Riau 17 helikopter, Sumatera Selatan tiga, Kalimantan Barat enam, dan Kalimantan Tengah tujuh. Selain armada helikopter, satuan tugas udara didukung pesawat untuk operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). “Operasi ini dimaksudkan untuk memicu terjadinya hujan di wilayah-wilayah yang papar hotspot dengan menebarkan garam di awan potensial,” ujar Agus. (lyn)