Perbankan di Kaltim diimbau meningkatkan penyaluran kredit kepada sektor produktif seperti industri pengolahan, pertanian, perikanan, dan peternakan. Sebab saat ini masyarakat Kaltim masih menggunakan kredit sebagai pendanaan untuk memenuhi kebutuhan, bukan investasi.
SAMARINDA- Bank Indonesia (BI) mencatat pada triwulan I 2019 kredit perbankan di Kaltim mencapai Rp 64,70 triliun. Terdiri dari kredit investasi sebesar Rp 17,67 triliun dengan kontribusi 27,32 persen. Kredit modal kerja sebesar Rp 23,04 triliun berkontribusi 35,62 persen, dan kredit konsumsi mencapai Rp 23,97 triliun dengan kontribusi paling besar mencapai 37,06 persen.
Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Harry Aginta mengatakan, kredit perbankan tumbuh positif pada triwulan I 2019 sebesar 6,47 persen year-on-year (yoy). Namun pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,72 persen (yoy).
Tren pertumbuhan kredit Kaltim sejalan dengan pertumbuhan kredit nasional yang tumbuh melambat dari 11,75 persen (yoy) di triwulan IV 2018 menjadi 11,50 persen di triwulan I 2019. “Perlambatan pertumbuhan kredit Kaltim ini dipengaruhi perlambatan pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja, sedangkan kredit konsumsi satu satunya jenis kredit yang tumbuh positif,” tuturnya, Senin (29/7).
Dia menjelaskan, kredit investasi di Kaltim mencapai Rp 17,67 triliun. Tumbuh minus 5,45 persen (yoy) dan kredit modal kerja Rp 23,04 triliun tumbuh minus 0,44 persen (yoy). Sedangkan kredit konsumsi di Kaltim mencapai Rp 23,97 triliun berhasil tumbuh 4,65 persen (yoy). “Dua jenis penggunaan kredit di Kaltim yang melambat mengakibatkan secara menyeluruh kredit tumbuh minus 0,09 persen (yoy),” terangnya.
Terpisah, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kaltim Dwi Ariyanto mengatakan, kredit konsumsi di Kaltim masih mendominasi dan terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kaltim masih menggunakan kredit sebagai pendanaan untuk memenuhi kebutuhan, non-investasi. “Tapi jika dilihat risikonya masih lebih tinggi kontribusi risiko kredit investasi,” katanya.
Dia menjelaskan, struktur ekonomi Kaltim yang masih ditopang oleh sektor ekstraksi bisa memengaruhi hal tersebut. Dengan artian, sektor tersebut masih menjadi penopang utama investasi di Kaltim, dengan tingkat risiko yang cukup tinggi. Meski begitu, kinerja perbankan sudah cukup baik. Secara umum, tren ekonomi Kaltim terus membaik dengan didukung stabilitas kinerja sektor keuangan yang membaik.
Untuk itu, OJK Kaltim mengimbau sektor jasa keuangan untuk dapat meningkatkan penyaluran kredit atau pembiayaan, khususnya kepada sektor produktif. Sehingga tidak melulu sektor konsumsi yang mendominasi. “Masih banyak sektor produktif yang bisa diberi kredit, seperti industri pengolahan serta pertanian dalam arti luas. Kemudian perikanan dan peternakan,” pungkasnya. (*/ctr/ndu/k15)