Kisah Irang Pemusik Sekaligus Pembuat Alat Musik Khas Kalimantan

- Senin, 29 Juli 2019 | 11:39 WIB

Dari kecil bermusik merupakan hobi sekaligus penenang jiwa bagi Irang Away. 

 

LELA RATU SIMI, Sangatta

 

DENTING tali senar mengalun dan menyatu menjadi irama musik bersamaan dalam ritme serta tempo teratur, kemudian terdengar lamban mendayu kadang pula cepat mengentak silih berganti. Perlahan dalam durasi tertentu musik itu hilang dari pendengaran, terhenti dari petikan jari jemari tangan Irang Away. Bagi dia, bermain sampek, alat musik khas Kalimantan, adalah keseharian yang tidak bisa ditinggalkan. Saking cintanya, pria kelahiran Apokayan 11 Agustus 1955 itu juga bisa membuat alat musik tersebut.

Alasannya sederhana, dia ingin menjaga warisan leluhurnya tetap lestari. Terlebih, saat ini sampek sukar dicari, sebab bahan baku kayu arau jarang tersedia. Untuk dapatkan kayu itu, pria paruh baya itu kerap mencarinya hingga menembus hutan belantara. Dia keukeuh karena kayu terbaik pastilah menghasilkan kualitas terbaik pula.

Kadang dia butuhkan waktu seharian untuk menemukan kayu itu, namun lain waktu Irang belum tentu dapatkan. Apalagi saat ini hutan Kutim dikuasai oleh pengeruk batu bara atau hutan sawit.

"Saya masuk hutan sendirian tanpa teman, untuk cari kayu ini. Kadang-kadang membayar orang untuk membawa kayunya keluar dari hutan," katanya.

Berkat pesona musik sampek dengan nuansa keindahannya, dia mampu sambangi berbagai negara. Bahkan, Irang juga kunjungi sejumlah daerah hanya untuk unjuk gigi bermain sampek. Mulai Ibu Kota Negara, yakni Jakarta, disusul ke Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, Jepang, pernah juga ke Tiongkok, lalu ke Singapura, hingga Thailand.

"Dari kecil saya belajar autodidak, mulai kelas 3 SR (sekolah rakyat) meminjam sampek orang. Hingga saya pindah ke Miau Baru, dan pada 1972 saya mencoba membuat sendiri sampek. Sampai akhirnya saya bisa mengenalkan kepada dunia," jelasnya.

Ditinggal mangkat oleh sang ayah sejak dalam kandungan, Irang kecil dididik seorang diri oleh ibunya. Dari didikan tersebut, dia tumbuh menjadi sosok yang mandiri dan punya tekad kuat.

Mengenai pembeli, dia selalu selektif dan bertanya terlebih dahulu, jika hanya untuk pajangan dia akan berat hati membuat. Namun jika akan digunakan untuk belajar, dia bersedia mengukir di atas kayu keras itu. "Saya lebih senang membuat untuk pembeli yang ingin belajar memainkan sampek, bahkan saya siap jika diminta melatih," pungkasnya. (ypl/k8)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X