Sadar Berasuransi, Ketahui Kebutuhan, Kenali Perusahaan yang Menawarkan

- Senin, 29 Juli 2019 | 09:41 WIB

Agar kelak kehidupan pada masa mendatang terjamin, salah satunya menggunakan asuransi. Cukup familier di telinga masyarakat. Kehadiran perusahaan asuransi pun merajalela. Nah, masih banyak orang yang belum sadar pentingnya asuransi. Lantas, hal apa saja yang memengaruhi munculnya ketidaksadaran tersebut?

 

BANYAK faktor yang membuat orang ragu berasuransi, salah satunya trauma dengan perusahaan atau oknum yang tidak dipercaya. Masalah ekonomi pun memengaruhi. Selama ini asuransi masih dianggap mahal dan bukan kebutuhan utama.

Diungkapkan Fransiskus Hendra, senior vice president Sequis Life Samarinda, pola pikir seseorang pada asuransi masih berpatok jika sedang ada kelebihan uang. Padahal, dalam ilmu ekonomi yakni manajemen risiko, seharusnya asuransi hadir sebagai pelimpahan risiko. Edukasi pada masyarakat terbilang kurang maksimal. Asuransi yang biasanya banyak dipilih adalah pensiun. Lalu asuransi kesehatan, kematian, hingga pendidikan yang biasanya ramai diburu pada pertengahan tahun.

“Ada beberapa kalangan tertentu. Contohnya mereka yang punya pengalaman buruk dengan biaya rumah sakit, meninggal dunia, atau cacat total. Jadi, mereka sudah mengalami kemudian membeli. Tapi, untuk yang belum pernah mengalami, belum berpikir sampai sana,” ungkap pria yang disapa Fran itu.  

Sebelum membeli asuransi, Fran memberi beberapa tips. Pertama, harus tahu agen atau konsultan asuransi, serius atau sebaliknya. Lihat pula track record pengelolaan uang perusahaan yang sehat atau tidak. Pastikan harus diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kedua, nasabah harus mempunyai alasan untuk membeli produk asuransi. Penting untuk mengetahui kebutuhan. Jangan hanya mencari yang murah. Sebagai contoh, ingin asuransi pendidikan untuk anak atau risiko kecelakaan pada diri sendiri. Ketahui prioritas.

Selain kebutuhan, premi yang dikeluarkan tiap bulan oleh nasabah harus disesuaikan. Misal, nasabah harus menyisihkan sekitar 10-20 persen dari pendapatan. Semua perjanjian tertera jelas di polis. Berisi kontrak dari kedua belah pihak terkait pengalihan risiko dan syarat-syarat seperti jenis risiko yang ditanggung, jangka waktu, dan uang pertanggungan.

Tak terkecuali, ada pula kendala yang bisa dialami nasabah saat harus membayar premi bulanan. Contoh, nasabah membeli asuransi pendidikan untuk anak. Namun, mendadak meninggal dunia sedangkan premi masih berjalan. Walhasil, pihak perusahaan asuransi yang akan melanjutkan pembayaran karena sebelumnya sudah ada perjanjian di polis.

Tak jauh berbeda, Tukiyem Widiyaningsih atau Kiki dari Prudential Samarinda menyuarakan hal sama. Di Samarinda, dia melihat masih belum semua teredukasi terkait pentingnya asuransi. Menurut Kiki, kepala keluarga yang mencari nafkah penting untuk tahu pentingnya asuransi. Asuransi kesehatan paling sering dipilih karena nasabah ingin tertangani dengan baik meski sudah ditanggung kantor.

Kiki melihat, mereka yang berusia muda belum menyadari pentingnya asuransi. Dianjurkan untuk membeli saat muda karena harga jauh lebih murah. Sebab, risiko kematian saat usia tua lebih tinggi. Idealnya, mulai 23–25 tahun dan telah bekerja. “Setidaknya, dalam satu keluarga ada yang memiliki asuransi meski jumlahnya kecil. Perlu dipahami, hidup itu bersiklus,” imbuh Kiki.

Apa yang akan terjadi pada masa mendatang, tak bisa diprediksi. Semua dikembalikan pada Anda, apakah sanggup berkomitmen dan produk asuransinya sesuai kebutuhan. Konsultasikan secara baik dengan agen. Anda sebagai nasabah juga harus memahami. Jangan sampai niat yang awalnya baik justru menjadi malapetaka. (*/ysm*/rdm2/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X