Terbaring dengan kaki diperban, sekujur tubuh masih ada bekas penganiayaan. Boy, bukan nama sebenarnya, balita korban penganiayaan Irus (49) harus menjalani operasi dan perawatan selama lebih tiga minggu.
EMPAT dipan berjejer rapi di Ruang Melati RSUD AW Sjahranie. Di atasnya, salah satunya ada Boy. Deret ketiga dari pintu kamar 04, Boy ditemani seorang perempuan paruh baya. Bukan ibu kandungnya. Perempuan itu dari salah satu yayasan pemerhati anak di Samarinda.
Kini, balita 3,5 tahun itu dalam pantauan khusus. Kaltim Post bertandang ke rumah sakit pelat merah itu. Harian ini ditemani Humas RSUD AW Sjahranie dr Arysia Andhina. Perempuan yang akrab dengan awak media itu menjelaskan, kondisi korban berangsur-angsur membaik. “Terparahnya itu patah tulang paha,” sebut dokter yang nge-fans dengan Agnes Mo itu. Kaki kanan Boy diperban. Bagian itu yang mendapat penyiksaan paling parah.
“Siapa yang bikin begini?” ucap perempuan pengasuh yang menemani Boy di rumah sakit saat ini. “Iyus,” balas bocah tersebut. Iyus adalah Irus, perempuan yang kini ditahan di Polsek Samarinda Kota. Boy tidak rewel sejak dilarikan ke RSUD AW Sjahranie. “Penurut sekali,” sambungnya.
Kembali ke dr Arysia, luka dalam, disebutnya sangat membahayakan nyawa korban. “Luka dalam itu lebih lama sembuhnya,” ujar dokter yang akrab disapa Sisi itu. Senin (29/7), korban penyiksaan yang dialami selama berbulan-bulan itu menjalani operasi open reduction internal fixation (ORIF) atau awam disebut pemasangan pen.
Sebelumnya, kasus ini ditangani Polsek Samarinda Kota. Dari keterangan Kanit Reskrim Dalimunthe, pihaknya sudah mengamankan Irus. “Dari keterangannya, dia memang tidak segan mendaratkan benda tumpul seperti tripleks atau gantungan baju kepada korban,” ujarnya.
Hal tersebut juga diakui Irus saat diamankan di kantor polisi, Selasa (23/7). Penyebabnya sepele. “Dia enggak bisa diberi tahu, selalu main di luar rumah. Bikin rumah berantakan. Saya pukul pakai kayu,” akunya. (*/dra/dns/k8)