Tiga Waduk Memburuk, Ribuan Hektare Lahan Pertanian Terancam Tak Dapat Air

- Selasa, 23 Juli 2019 | 11:44 WIB

Penyusutan volume air waduk terjadi tiap tahun. Sebab pendangkalan dan tak ada normalisasi.

 

MEJAYAN – Sekitar 4,6 ribu hektare lahan pertanian padi di sejumlah wilayah Kabupaten Madiun terancam puasa irigasi. Sawah-sawah itu penerima distribusi dari tiga waduk yang volume airnya menyusut signifikan sejak akhir bulan lalu.

‘’Penyusutan kemungkinan terus terjadi,’’ kata Plt Kabid Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Madiun Maskur Yatim kemarin (22/7).

Data per 25 Juni 2019, Waduk Dawuhan mengalami penurunan volume air paling drastis. Normalnya 5,1 juta meter kubik, kini tersisa sekitar 1,9 juta. Waduk di Desa Plumpungrejo, Wonoasri, itu menyusut 3,1 juta meter kubik.

Disusul Waduk Notopuro, Pilangkenceng, dari 2,4 juta meter kubik tinggal 724 ribu. Adapun daya tampung Waduk Saradan berkurang 1,2 juta meter kubik dari normalnya 2,4 juta. ‘’Penurunan karena intensitas irigasi tidak terputus. Mulai masa tanam pertama hingga kedua,’’ paparnya.

Maskur menyebut satu waduk bisa meng-cover hingga dua kecamatan lebih. Waduk Dawuhan misalnya, mengairi persawahan di Kecamatan Wonoasri, Balerejo, dan sebagian Madiun.

Penyusutan terjadi karena kubikasi air waduk tidak bertambah, dampak tidak turunnya hujan dalam beberapa bulan ini. Kondisi tersebut diprediksi terus berlangsung hingga bulan depan. Mengingat musim kemarau kali ini mundur ketimbang tahun lalu. Kala itu ditandai penyusutan mulai Mei dengan durasi cukup panjang. ‘’Kami masih menunggu rekap data terbaru bulan ini,’’ ujar Maskur. 

Data terbaru sebagai bahan pertimbangan perlu tidaknya menutup pintu waduk. Mengingat kapasitas waduk per bulan lalu masih terbilang aman untuk dialirkan. Penutupan berkonsekuensi terhadap tidak adanya pendistribusian air untuk lahan pertanian hingga datangnya musim hujan.

‘’Karena sesuai SOP (standard operating procedure) air waduk tidak boleh habis untuk menjaga konstruksi bangunan tidak rusak,’’ tuturnya sembari menyebut persentase sisa air antara satu waduk dengan lainnya berbeda.

Menurut Maskur, penyusutan volume berujung penutupan pintu waduk hampir terjadi setiap tahun. Penyebabnya terjadi pendangkalan akibat sedimentasi yang terbawa air dari hutan. Tidak hanya daya tampung berkurang, kubikasi air yang dialirkan ke lahan pertanian pun sedikit setiap tahun. Kondisi itu diperparah dengan tiadanya normalisasi. Sepengetahuannya, hanya Notopuro yang pernah dikeruk. Itu pun belum tuntas karena keterbatasan anggaran. ‘’Dawuhan dan Saradan belum pernah dikeruk,’’ pungkasnya. (cor/sat/jpg/dwi/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB

Kemenkes Minta Publik Waspada Flu Singapura

Minggu, 14 April 2024 | 07:12 WIB
X