Waspadai Kesehatan Mental Anak Setelah PPDB

- Senin, 22 Juli 2019 | 12:15 WIB

Sejumlah kasus anak tak diterima di sekolah negeri bukan murni kesalahan si anak. Karena memang dalam sistem zonasi, ada aturan yang bisa menghalangi.

 

BALIKPAPAN–Para orangtua diminta lebih bijak lagi terkait problematika penerimaan peserta didik baru (PPDB). Dengan banyaknya anak tak diterima di sekolah negeri, ada potensi gangguan kesehatan psikologis yang mengganggu buah hati.

Psikolog perempuan dan anak Helga Worotitjan menyebut, biasanya kasus gangguan psikis pada anak tersebut sifatnya sementara. Namun bisa memengaruhi semangat anak dalam belajar dan bersosialisasi.

Ini terjadi ketika orangtua sejak awal menuntut anaknya bisa bersekolah di tempat yang diinginkan. “Ini fenomena umum. Tak hanya saat penerapan sistem zonasi saja,” kata Helga, kemarin (21/7). Sejak awal, kondisi ini bisa terjadi ketika orangtua tidak siap memberikan pengarahan yang tepat. Bahwa menuntut ilmu bukan soal di mana dia bersekolah. Melainkan bagaimana kemauan belajar dan memberikan yang terbaik selama sekolah. Orangtua juga perlu mengetahui kemampuan akademis anak mereka dan mencari solusi terbaik sesuai kebutuhan anak.

"Peran orangtua sangat besar dalam membimbing anaknya bisa mendapatkan pengajaran yang tepat," sebutnya. Jika tidak, maka kondisi psikis bisa muncul. Tanda-tandanya terlihat. Seperti anak menjadi murung. Enggan bersosialisasi dan dalam kasus tertentu. Bahkan mengurung diri. Mengisolasi dirinya dari dunia luar dan malu jika bertemu dengan teman sebaya. "Jika kondisi ini muncul, orangtua jangan justru membuat anak down," tuturnya.

Meski tidak disadari, orangtua yang mengungkit nilai anak yang rendah, menyalahkan anak mengapa dulu tak giat belajar dan memprotes pihak sekolah di hadapan anak jika anaknya tak diterima menjadi pintu anak semakin jatuh ke jurang depresi.

Sebaliknya, orangtua harus memberikan motivasi, menguatkan mental dan mengajak anak untuk move on. "Anak perlu paham. Tak semua yang diinginkan di dunia ini bisa diperoleh. Pasti ada kegagalan. Jika tidak disikapi, anak akan depresi," ujarnya. Selain itu, Helga juga tak memungkiri jika sejumlah kasus anak tak diterima di sekolah negeri bukan murni kesalahan pihak anak. Karena memang dalam sistem zonasi, ada aturan yang bisa menghalangi.

Karena itu perlu perhatian pemerintah agar bisa mengakomodasi kasus-kasus yang muncul karena zonasi. "Sejak awal persoalannya karena minimnya sosialisasi terkait zonasi. Selain itu perlu diperhatikan mengenai kualitas guru dengan penerapan zonasi ini," kata dia. (rdh/riz/k18)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X