Richard Peter Ririhena, Asyik di Dunia Perhotelan

- Senin, 22 Juli 2019 | 10:33 WIB

Mulanya dia bekerja sebagai waiter, lalu cook helper. Pernah menjadi pengajar hingga catering manager rumah sakit. Roda terus berputar. Hingga profesi chef pun pernah dijabani. Lambat laun, kegigihan mengantarkan Richard Peter Ririhena kini duduk di posisi general manager hotel.

 

PRIA berpenampilan rapi itu menaruh perhatian pada setiap pertanyaan yang diberikan. Teriknya cuaca Kota Tepian menemani perbincangan mengenai awal mula kariernya di perhotelan. Cukup antusias, kisah lama Richard Peter Ririhena pun mengalir.

Menapaki karier dari nol. Pada 1981, mulai berkecimpung di dunia perhotelan sebagai waiter. Empat tahun kemudian, berpindah ke food & beverages (F&B). Setelahnya, menjadi cook helper di salah satu hotel bintang lima di Jakarta. Lima tahun berlalu, Richard resign dan mengajar di salah satu akademi pariwisata.

Aneka pekerjaan dia geluti. Menjadi wiraswasta dan catering manager di rumah sakit, pada akhirnya dia kembali ke dunia perhotelan. “Menjadi executive chef di salah satu hotel di Solo selama empat atau lima tahun. Pertama kali mengawali karier sebagai GM hotel sekitar 2006 sampai 2011 di Kendari. Lalu sempat bekerja sebagai konsultan korporasi operate hotel. Kemudian, menjadi GM lagi di salah satu hotel bintang empat di Solo,” ungkapnya.

Kapasitas sebagai chef membuatnya tak begitu mengenal strategi pemasaran, manajemen, dan keuangan. Cara belajarnya yakni banyak membaca dan tak sungkan bertanya. Tak hanya itu, memotivasi karyawan pun banyak dipelajari Richard saat sudah menjadi GM.

“Pertama kali menjadi GM merupakan tantangan yang cukup berat. Saat itu, saya tidak punya dasar yang cukup kuat. Tapi, saya merasa, kalau orang lain bisa lalu mengapa saya tidak?” lanjutnya.

Pernah dua kali menjabat GM, Richard memilih pensiun dari perhotelan. Saat itu, memang ingin menikmati bagaimana rasanya rehat dari pekerjaan. Diakui, masa pensiun itu tak lama karena dia merasa masih mampu bekerja. Dia pun diminta menjadi GM di Midtown Hotel Samarinda. Hotel yang berada di bilangan Hasan Basri itu dipimpinnya sejak awal berdiri, tepatnya 2016 silam.

Tak ada paksaan, berkarier di hotel murni keinginan hati. Bagi Richard, bekerja di perhotelan adalah dunianya. Di hotel, dia bisa menemukan berbagai macam karakter tamu, lingkungan pergaulan luas, dan menambah wawasan. Berkaitan dengan tamu, Richard sadar jika hotel harus bisa menyuguhkan yang terbaik dari segi pelayanan.

“Dari apa yang saya pelajari, lebih kepada bagaimana caranya membangun image perusahaan. Tak hanya hotel. Apabila mempunyai suatu produk, maka harus membuat image-nya selalu dikenang. Sehingga membuat itu lengket di pikiran tamu. Menurut saya, itu tantangan utama,” bebernya.

Selain keuntungan, nama juga memiliki peran penting pada bisnis perhotelan. Setiap pemilik atau direksi perusahaan pasti menginginkan nama baik. Itulah yang terus ingin dia jaga. “Di perhotelan juga harus membuat inovasi dan terus berkembang. Jadi harus mendapat kepercayaan dari pemilik dan tamu agar tetap bisa berjalan. Cara untuk mendapatkan kepercayaan itu kembali lagi pada strategi masing-masing,” pungkas pria kelahiran Balikpapan itu. (*/ysm*/rdm2)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X