Kenali Kepribadian, Kontrol Kekurangan

- Senin, 22 Juli 2019 | 10:24 WIB

Ketika bertemu dengan orang baru. Umumnya ada dua hal yang selalu dilihat, fisik dan sering menjadi bahan pertimbangan adalah kepribadian. Secara umum, biasanya kita menilai pribadi seseorang itu hanya dengan melihat dari sisi baik dan buruknya saja.

 

KEPRIBADIAN menjadi hal yang penting. Tak hanya untuk berkenalan, kepribadian yang baik juga dibutuhkan ketika melamar pekerjaan. Namun, tahukah Anda bahwasanya kepribadian manusia itu bukan tentang baik dan buruk. Dalam dunia psikologi, terdapat tiga istilah yang kerap digunakan untuk menyebut sifat dan tingkah laku seseorang dalam kesehariannya.

Psikolog klinis Lisda Sofia mengatakan ada kepribadian ekstrover, introver dan ambiver. Di mana masing-masing kepribadian memiliki ciri khas dan keunikan. Ekstrover, kepribadian ini digunakan untuk seseorang yang lebih senang mengeksplore dunia luar, tidak takut bertemu orang baru, bahkan selalu suka dengan tantangan yang belum dia temui sebelumnya.

“Untuk ekstrover, dia tidak suka sendiri. Suasana sepi dan sunyi bagaikan siksaan bagi dirinya. Dia selalu butuh seorang teman dalam hidupnya. Kepribadian ekstrover ini bisa stress lho jika berada dalam kesendirian dalam waktu cukup lama,” ungkapnya.

Selanjutnya introver, sifat ini merupakan kebalikan dari ekstrover. Jika estrover lebih suka bertemu dengan orang baru. Pribadi introver malah khawatir jika bertemu dengan orang yang belum dia temui sebelumnya. Walhasil dia lebih memilih diam di rumah ketimbang mengeksplore dunia luar yang penuh tantangan.

“Hanyut dalam kesendiriannya adalah salah satu ciri dan keunikan introver. Sebagian orang merasa galau dan badmood ketika rumah sepi dan hanya tinggal sendiri. Mereka yang introver tidak akan terganggu dengan kesunyian tersebut. Bahkan dalam keadaan sunyi dia bisa melakukan banyak hal dengan fokus,” tambahnya Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unmul itu.

Terakhir, ada ambiver. Bagi sebagian orang pribadi ambiver merupakan keberuntungan. Sebab, dia bisa mengimbangi dua pribadi sebelumnya. Antara kesendirian dan berinteraksi mereka tidak ada masalah. Mereka lebih terlihat simpel dan fleksibel karena mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.

“Bisa memiliki dua kepribadian dari introver dan ekstrover terasa sangat menyenangkan ya? Inilah kepribadian ambiver yang  mengambil kedua sisi dari dua kepribadian lainnya alias berada di tengah-tengah yang kerap membuatnya menjadi spesial,” ucapnya.

Apa jadinya jika dari kekurangan dan kelebihan yang tak terkontrol malah membuat seseorang memiliki gangguan kepribadian? Lisda membeberkan bahwa itu adalah dua hal yang berbeda namun bisa jadi saling berkaitan. Ketika seseorang ekstrover terlalu senang mengikuti hal-hal baru namun dengan niatan karena ingin menjadi pusat perhatian, bisa saja hal itu termasuk histrionik. Perilaku emosional yang sangat berlebihan, dilakukan untuk pamer, mendapatkan reaksi, atau perhatian dari seseorang

Sebaliknya, jika introver terlalu terlena dengan kesunyiannya dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Dikhawatirkan berdampak pada kesehatan mental. Misal, memiliki rasa cemas berlebihan, atau bahkan tidak bisa menjadi mandiri dan selalu bergantung pada satu orang yang sudah dipercayainya.

Seperti contoh nyata, Lisda pernah punya klien pria, sebut saja A. Suatu hari A datang ke kepadanya. A mengaku kalau dia memundurkan diri di universitas ternama se-Indonesia. Rupanya karena pria 19 tahun itu tidak mampu menahan rasa cemasnya selama masa orientasi.

“Si A ini juga mengaku pas sekolah dulu dia pernah lupa bawa buku paket. Sebagian siswa pasti memilih untuk santai dan pinjam ke teman. Tapi kalau si A malah panik, menangis ke toilet, kemudian muntah-muntah,” ucapnya.

Gangguan kepribadian dibagi menjadi tiga kategori. Pertama gangguan emosi flat, yakni skizoid, paranoid, dan skizotipal. Kedua, lebih kepada break the rules. Mencakup, borderline dan narsistik. Terakhir merupakan gangguan emosi tidak stabil, yakni cemas-menghindar, dependen, obsesif-kompulsif.

“Jangan khawatir, gangguan kepribadian ini bisa diatasi dengan terapi rutin bersama psikolog atau psikiater. Jangan malu untuk datang dan curhat, sebab di sini kami juga akan mendengarkan dan memberikan solusi,” ajaknya. (*/nul*/rdm2)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Maudy Ayunda Debut sebagai Produser Film KHD

Selasa, 7 Mei 2024 | 16:00 WIB

Rizky Febian-Mahalini Nikah Secara Islam

Senin, 6 Mei 2024 | 21:11 WIB

Sarwendah Menggugat Cerai Ruben Onsu?

Sabtu, 4 Mei 2024 | 09:17 WIB

Hikmah setelah Umrah Bareng

Kamis, 2 Mei 2024 | 10:55 WIB

Dewa 19 siap mengguncang Balikpapan, Minggu Ini

Sabtu, 27 April 2024 | 08:18 WIB
X