Jika benar kebakaran tersebut disengaja, aksi pembakaran di studio Kyoto Animation ini tercatat sebagai pembunuhan massal terparah di Jepang dalam dua dekade terakhir, sejak aksi pembakaran mematikan di distrik hiburan Kabuhicho, Tokyo, 2001 lalu yang menewaskan 44 orang.
“Ini sangat mengerikan, saya sampai tak bisa berkata-kata,” tulis Perdana Menteri Shinzo Abe di akun Twitter-nya. Dia juga mengucapkan belasungkawa kepada para korban tewas.
Presiden Kyoto Animation Hideaki Hatta mengaku ada beberapa email yang masuk. Isinya adalah ancaman kematian.
Hatta tidak menjelaskan dengan detail ancaman itu dari siapa dan sebabnya. Dia hanya mengungkapkan, gedung yang terbakar adalah pusat perusahaan.
Di gedung itulah beberapa serial anime televisi terkenal dibuat. Misalnya, The Melancholy of Haruhi Suzumiya dan K-ON! Salah satu animasi produksi KyoAni, Violet Evergarden, bahkan disiarkan di Netflix.
“Ini tak tertahankan, mengetahui bahwa mereka yang memimpin industri animasi Jepang justru terluka dan kehilangan nyawa,” ujar Hatta.
Hingga saat ini, keluarga korban masih waswas. Sebab, hingga kemarin, polisi belum merilis nama-nama korban tewas. Salah seorang yang masih hilang adalah Megumi Ono. Status perempuan 21 tahun itu belum jelas. Rata-rata pegawai di studio animasi yang dikenal dengan nama KyoAni tersebut berusia 20 tahun ke atas seperti Ono. “Dia berada di lantai 2. Namanya tidak ada dalam daftar korban yang dikirim ke rumah sakit,’’ kata Kazuo Okada kepada NHK. Okada adalah Kakek Ono. Dia ingin sekali melihat cucunya dan memastikannya masih hidup.
KyoAni memang bukanlah pemain baru dalam industri animasi. Perusahaan itu berdiri sejak 1981. KyoAni dikenal ramah kepada pegawai. Mereka membayar animator dengan gaji reguler, bukan per frame seperti perusahaan animasi lain.
Kebakaran di KyoAni membuat banyak pencinta anime merasa kehilangan. Puluhan orang mendatangi gedung yang sudah dilahap api tersebut dan menaruh bunga sebagai tanda dukacita. Situs penggalangan dana online untuk KyoAni kemarin siang mendapatkan USD 1,3 juta atau setara Rp 18,11 miliar. (sha/c10/dos/ypl/k8)