Bermodal Pengalaman Jadi Hakim, Ingin Miskinkan Koruptor

- Jumat, 19 Juli 2019 | 23:23 WIB

Tiga puluh tahun berkarier sebagai pengadil. Ragam kasus ditangani. Nawawi Pomolango kini merintis jalan menjadi calon pimpinan KPK.

DINA ANGELINA, Balikpapan

PERJALANAN menjadi hakim sudah membawanya mengelilingi berbagai daerah di Tanah Air. Mulai Jakarta, Bandung, Poso, dan kini bertugas di Pengadilan Tinggi Bali. Meski sering berpindah kesana kemari, Kota Minyak memiliki tempat yang spesial bagi pria kelahiran Bolaang Mingondow Utara, Sulawesi Utara itu.

Balikpapan merupakan kota terlama dia pernah bertugas. Sejak 2000-an, Nawawi meniti karier menjadi hakim anggota sekaligus Humas Pengadilan Negeri (PN) Balikpapan. Ditambah lagi, dia juga bertemu sang tambatan hati di kota ini. Kini pujaannya sudah menjadi teman hidup yang setia menemani.

Bahkan meski telah menghadapi beragam jenis perkara baik ringan sampai berat. Justru sebuah kasus yang terjadi di Balikpapan begitu membekas di benaknya. “Justru ada perkara yang keliatan biasa, tapi sampai sekarang masih teringat dengan baik,” ujarnya.

Perkara itu melibatkan seorang siswa SMP, kejadiannya sekitar 2004. Saat itu, sekolah secara mendadak mengadakan ulangan di sekolah. Sementara seorang siswa terlihat tidak siap. Dia berinisiatif membuat kabar bohong agar ulangan batal digelar hari itu. Tak main-main, siswa itu berani menelepon guru dari kamar mandi sekolah. Kemudian mengatakan ada bom di sekolah yang membuat seluruh orang seketika panik.

“Dia didakwa dengan kasus terorisme. Pada waktu bersamaan ada kunjungan Kapolri yang turut mendengar isu itu,” ujarnya. Nawawi yang saat itu ditunjuk sebagai hakim memiliki pandangan berbeda. Dia yakin siswa tersebut tidak ada hubungan dengan terorisme.

Akhirnya dia mendakwa anak itu dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan. Hukuman percobaan hingga dikuatkan. Beberapa tahun kemudian saat dia sudah bertugas di Jakarta, ibu dari anak tersebut menghubunginya. Bercerita bahwa anak itu sudah tumbuh dengan baik. Dia pun ikut terharu dan mengenang momen tersebut.

“Saya ikut senang. Bayangkan kalau saya memutuskan hukuman anak itu dengan dakwaan teroris. Kasus ini keliatan kecil, tapi menggugah hati,” ungkapnya. Selama berkarier menjadi hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, dia telah mengadili beberapa kasus korupsi yang menarik perhatian nasional.

Misalnya menjatuhkan vonis delapan tahun penjara kepada mantan hakim Mahkamah Konstitusi Patrialis Akbar. Akibat menerima suap sebesar 10 ribu dolar AS dalam putusan uji materi UU Peternakan dan Kesehatan Hewan. Kemudian memberi hukuman kepada mantan Ketua DPD Irman Gusman selama 4,5 tahun penjara dalam kasus suap kuota gula impor.

Serta yang tak kalah heboh, kasus korupsi impor daging sapi dengan terdakwa Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak. Bahkan, Nawawi pernah didapuk menjadi wakil ketua PN Bandung menggantikan wakil ketua PN sebelumnya yang ditangkap KPK pada 2014. Kehidupan sebagai hakim sudah pasti penuh rintangan.

Baginya sudah biasa saja menerima ancaman atau teror. Keluarga pun mengetahui dan paham soal risiko pekerjaannya. Dia sudah juga merasakan berada di kota yang rawan konflik. Contoh ke Makassar seperti uji nyali bagi hakim. Bagaimana tidak, demo bisa satu sampai tiga kali dalam sehari.

Kemudian dia pernah menjabat sebagai ketua PN Poso saat masa tegang daerah tersebut. Tidak perlu teror saja berada di sana sudah cukup mengerikan. Baginya semua kasus memiliki tantangan masing-masing. “Tapi ini yang menjadi modal saya juga karena sudah terbiasa berada di situasi seperti itu,” imbuhnya.

Pria yang pernah menjabat sebagai ketua PN Samarinda itu menuturkan, partisipasinya dalam seleksi calon pimpinan (capim) KPK sesungguhnya karena keresahan melihat pemberantasan korupsi. “Selama bertugas dulu sebagai hakim di Pengadilan Tipikor Jakarta hanya menunggu perkara untuk diadili. Artinya tinggal menunggu gol saja,” ucapnya melalui sambungan telpon.

Menurut pria berusia 57 tahun itu, KPK belum memiliki pencapaian besar yang sebanding dengan kewenangan lembaga tersebut. Hal itu yang membuatnya terus berpikir untuk turut andil dalam pemberantasan korupsi. Ketika terbuka kesempatan seleksi capim KPK, Nawawi tidak melewatkan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X