BALIKPAPAN – Beroperasinya Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto Samarinda dan naiknya harga tiket pesawat benar-benar menggerus penumpang Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan, Balikpapan. PT Angkasa Pura (AP) I mencatat sepanjang semester I di Bandara SAMS terjadi penurunan penumpang hingga 28,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Communication and Legal Section Head PT AP 1 Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Andanina Megasari mengatakan, sepanjang periode semester I pihaknya mengalami penurunan penumpang pesawat juga jumlah pesawat yang datang dan pergi. “Total penumpang di Balikpapan semester I sebesar 2.624.000 orang. Sedangkan pergerakan pesawat turun 14,8 persen,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, penyebab penurunan penumpang ini karena beberapa faktor. Mulai terpecahnya penumpang pesawat sejak beroperasinya Bandara APT Pranoto Samarinda. Kemudian harga tiket mahal. Akibatnya masyarakat mengurai jadwal keberangkatan. Selain itu, bagasi berbayar juga menjadi alasan turunnya jumlah penumpang pesawat.
“Penurunan bagasi kami catat hingga 51 persen dibanding tahun lalu. Bagasi berbayar membuat orang mengurai isi bagasi mereka. Mereka mungkin bawa barang yang perlu saja. Bagasi berbayar ini berlaku pada maskapai Lion dan Wings Air. Dua maskapai ini memiliki rute dan jadwal paling banyak,” jelasnya.
Kemudian, dari sisi load factor, AP 1 mencatat rata-rata keterisian di angka 75 persen. Untuk jadwal penerbangan paling banyak masih Jakarta. Namun, jika dilihat dari load factor paling banyak terisi rute Jogjakarta, Makassar, dan Surabaya.
“Saat ini kami tengah menjajaki dan mencari rute baru. Ada perusahaan airlines dari Brunei mau membuka kembali rute Balikpapan-Brunei. Sudah ada komunikasi. Kami juga akan melanjutkan lagi pembicaraan ini,” bebernya.
Ia berharap, momentum haji bisa mendongkrak keterisian atau jumlah penumpang pesawat. Di data sudah ada sekitar 6.300 jemaah haji yang berangkat dari Balikpapan.
Mega menyampaikan, penurunan harga tiket belum berdampak kepada pertumbuhan penumpang. “Tim kami di lapangan melakukan pemantauan. Sejak harga tiket pesawat kelas bawah ini turun, belum ada pergerakan signifikan. Jumlah atau load factor Citilink atau Lion Air masih sama,” bebernya. (aji/ndu/k18)