Ajarkan Anak Menghargai Usaha

- Senin, 15 Juli 2019 | 11:06 WIB

SEBAGIAN orangtua menganggap belum waktunya anak memahami uang. Namun, berbeda dengan Risma Noviandy. Pria kelahiran 1984 itu mengajarkan dua anaknya menabung sejak usia enam tahun. Salah satu cara Risma mengajari anaknya adalah dengan menyediakan celengan. Biasanya, dalam sehari dia selalu menanyakan sang anak sudah menabung seberapa banyak. Selama sekolah, uang saku yang diberikan Rp 10 ribu. Tak masalah berapa pun jumlah yang ditabung, terpenting anak sudah diajari.

“Kebiasaan tersebut sangat penting hingga mereka dewasa kelak. Pengaruhnya adalah memberikan pelajaran jangan sampai terjebak riba. Secara tidak langsung, akan membuat anak berpikir bahwa apapun yang ingin mereka beli, usahakan menabung dulu dan beli tunai,” ungkap Risma.

Tanggapan anak ketika pertama kali menabung terlihat antusias apalagi pada usia enam tahun yang memang sudah cukup paham. Risma tidak menentukan sang anak dalam sehari harus menabung seberapa banyak. Biasanya kalau tidak di celengan rumah, tak menutup kemungkinan beramal ke masjid. Sekalian mengajarkan anak bersedekah. Meski awalnya sulit, kedua anaknya tak menolak ketika diajari.

“Setelah anak pandai mengatur uang, ada sesuatu yang bisa dilihat pada dirinya. Mereka mampu memperhitungkan kapan dapat mengumpulkan uang berjumlah sekian yang diinginkan dan mereka punya target yang harus dicapai,” imbuhnya.

Usia yang masih belia membuat anak memiliki banyak keinginan. Meski sulit dalam waktu dekat, dia ingin anaknya mampu mewujudkan apa yang diinginkan melalui usaha. Tantangan lainnya, dia kadang merasa kasihan ketika anak harus membeli sesuatu dalam jumlah sedikit. Namun, dia sadar, jika budaya menabung memiliki kebaikan pada masa mendatang.

“Menabung sangat efektif untuk mengajarkan anak lebih hemat. Kalau celengan di rumah sudah penuh, biasanya akan dibuka itu paling cepat enam bulan atau paling lama satu tahun,” jelasnya.

Tak jarang, anak suka merengek ketika ingin sesuatu dan ingin menggunakan uang yang sudah dia tabung. Bergantung kebutuhan. Jika urgen, biasanya langsung dibongkar. Sejauh ini, kedua anaknya masih menabung seperti biasa di celengan. Sebelumnya pernah ditawarkan sekolah membuka rekening bank. Tapi, menurut Risma, itu akan cukup merepotkan ketika harus membawa anak ke bank. Sementara ini, dia lebih fokus membiasakan anak menabung dulu karena baginya sama saja.

“Saya juga memberikan pengertian terkait perbedaan menabung di bank dan di rumah. Tabungan anak saya pun belum terlalu besar dan masih aman di rumah. Anak diberi tahu kalau di bank, keamanannya lebih terjamin,” ucapnya.

Melalui kebiasaan baik itu, banyak hal yang diajarkan pada anak. Seperti menghemat, mengontrol pembelanjaan, usaha untuk mendapatkan barang itu sulit dan betapa pentingnya menjaga barang yang sudah dibeli. Anak merasa senang dan ada kepuasan ketika berhasil mengumpulkan uang. (*/ysm*/rdm/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X