Risiko Kredit Macet di Kaltim Meningkat

- Rabu, 10 Juli 2019 | 11:59 WIB

RISIKO kredit perbankan pada triwulan I 2019 mengalami peningkatan, namun masih berada pada level yang cukup aman di bawah threshold 5 persen. Bank Indonesia (BI) mencatat non performing loan (NPL) Kaltim meningkat dari 4,61 persen menjadi 4,71 persen. Peningkatan NPL bersumber dari beberapa jenis penggunaan kredit yang mengalami peningkatan risiko.

Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Harry Aginta mengatakan, peningkatan tersebut disebabkan banyak faktor. Intermediasi perbankan yang melambat, baik dari sisi pertumbuhan kredit maupun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan, akan diikuti peningkatan risiko kredit dengan kenaikan NPL dari 4,61 persen menjadi 4,71 persen.

“Peningkatan risiko kredit ini didukung oleh meningkatnya dua dari tiga komponen risiko kredit berdasarkan jenis penggunaan,” ujarnya, Selasa (9/7). Yaitu, tambahnya, kredit modal kerja (KMK) memiliki NPL sebesar 6,19 persen. NPL KMK tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 5,75 persen.

Sedangkan kredit konsumsi (KK) memiliki NPL yang turut meningkat. KK memiliki NPL sebesar 3,88 persen di triwulan I 2019, lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 3,46 persen. “Kedua jenis penggunaan kredit ini memiliki NPL yang meningkat, tentunya risiko kredit di Kaltim turut mengalami peningkatan,” bebernya.

Dia menjelaskan, jika berdasarkan sektor utama ekonomi Kaltim, pada triwulan I 2019, risiko kredit sektor pertambangan mengalami peningkatan dengan NPL sebesar 13,76 persen. Naik dari triwulan sebelumnya sebesar 12,33 persen. Selain sektor pertambangan, sektor utama ekonomi yang masih di atas threshold 5 persen adalah sektor transportasi dan komunikasi dengan NPL mencapai 7,86 persen, dan sektor konstruksi dengan NPL 7,41 persen.

“Meskipun demikian, NPL Kaltim masih sangat terjaga. Unsur kehati-hatian yang dilakukan perbankan Kaltim membuat NPL Bumi Etam secara menyeluruh masih terkendali,” ujarnya.

Menurutnya, risiko kredit yang rendah berada pada sektor listrik, gas, dan air (LGA), dan pertanian dengan NPL di bawah 1 persen. Ini menandakan masih ada sektor yang memiliki NPL sangat terjaga, bahkan di bawah 1 persen.

Jika dilihat dari kota pembentuknya, Balikpapan memiliki risiko kredit tertinggi di triwulan I 2019 dengan NPL sebesar 9,18 persen. Selain itu, kota yang memiliki angka NPL di atas threshold 5 persen adalah Samarinda dengan NPL sebesar 5,37 persen. “Hanya dua kota itu yang tinggi. Sisanya semua kabupaten NPL-nya di bawah 5 persen. Bahkan kebanyakan di bawah 1 persen,” pungkasnya. (*/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X