BANJARMASIN–Fenomena el nino segera menyapa. Kabar burung beredar jika peristiwa tersebut menjadikan 2019 sebagai tahun terpanas dalam sejarah dunia. Benarkah demikian?
"Tahun ini cuaca memang diperkirakan lebih panas dari tahun lalu, tapi tidak sampai terpanas dalam sejarah dunia," kata Kepala Seksi Pengolahan Data pada BMKG Kalsel Stasiun Klimatologi Klas I Banjarbaru, Miftahul Munir.
Dia menjelaskan, berdasarkan data dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), 2019 akan menjadi tahun paling panas peringkat tiga semenjak dilakukan pencatatan pada 1880. "Jadi bukan terpanas dalam sejarah dunia. Melainkan, paling panas peringkat ketiga," jelasnya.
Berdasarkan catatan NOAA sejak 1880, cuaca terpanas dalam hitungan tahun terjadi pada 2016. Sedangkan, kedua pada 2017. "Tapi kalau hitungan bulan, Juni 2019 menjadi Juni paling panas semenjak 1880," ucapnya.
Cuaca panas, menurut dia, bukan hanya dipengaruhi oleh adanya el nino. Akan tetapi, karena tren global warming. "Kalau hanya el nino, mungkin bisa menyebabkan sebagian besar Indonesia panas. Tetapi di negara lain, seperti Amerika malah bisa terjadi hujan di atas rata-rata," ujarnya.
Untuk tahun ini, Munir menyebut kemungkinan terjadi el nino ringan atau moderate. Akan tetapi, dampaknya belum terasa lantaran suhu muka laut di Indonesia masih panas. "Pengaruhnya masih terhambat, karena tingginya suhu muka laut Indonesia," bebernya.
Dengan adanya el nino moderat, dia memperkirakan musim kemarau kali ini kemungkinan lebih panas dibandingkan tahun lalu. "El nino kriteria moderat biasanya membuat suhu bertambah satu sampai dua derajat celsius dari biasanya," paparnya.
Secara terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Wahyuddin, menuturkan dengan adanya el nino moderat, masyarakat bersama stakeholder terkait perlu berwaspada. Sebab, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dikhawatirkan meningkat dibanding tahun sebelumnya.
"El nino moderat ini sama seperti el nino. Sama-sama mengakibatkan suhu lebih panas dari biasanya. Untuk itu, kami prediksi karhutla akan meningkat dari tahun lalu," ucapnya.
Guna mengantisipasi bencana, dia menyampaikan BPBD Kalsel telah melakukan berbagai persiapan. Di antaranya, menyiagakan satuan tugas (satgas) sejak Senin (1/7). "Sekarang satgas sudah berada di posko-posko yang sudah tersedia. Guna mengantisipasi karhutla," katanya.
Ditanya, daerah mana saja yang berpotensi terjadi karhutla. Dia menyebut, total ada lima kabupaten/kota yang mereka anggap rawan. Yaitu, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Banjar, Batola dan Tapin. "Setiap tahun, karhutla selalu terjadi di lima daerah ini. Lantaran banyak ditemukan kawasan hutan," pungkasnya. (ris/by/ran/jpg/ypl/k16)