PERLU SOLUSI..!! Harga Kelapa Sawit Kembali Turun

- Jumat, 5 Juli 2019 | 11:27 WIB

SAMARINDA- Sejak awal 2019 harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit terus mengalami fluktuasi. Sempat meningkat di level Rp 1.302 per kilogram pada Maret, harga salah satu komoditas andalan Bumi Etam ini kembali menyentuh angka Rp 1.197 per kilogram pada Juni. Fluktuasi bulanan ini dianggap wajar, namun untuk membantu kepastian pasar Kaltim membutuhkan hilirisasi.

Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Ujang Rachmad mengatakan, penurunan harga TBS tak lepas dari menurunnya harga crude palm oil (CPO). Harga CPO internasional pada awal tahun tercatat berada pada level USD 586 per metrik ton. Lalu pada Maret hingga sekarang menjadi  USD 510-550 per metrik ton. Rata-rata per bulan tergerus 5 persen. “Penurunan harga CPO disebabkan oleh demand CPO yang menurun akibat kampanye negatif Uni Eropa,” katanya, Kamis (4/7).

Dia menjelaskan, supply yang banyak namun tidak disertai demand yang banyak menyebabkan harga CPO turun. Jika demand terus menurun akibat kampanye negatif Uni Eropa, maka harga CPO akan terus menurun. Dampaknya akan langsung terasa di daerah. “Setiap bulan perhitungan TBS kelapa sawit membutuhkan komponen harga CPO dunia, ini yang membuat petani kita turut merugi,” terangnya.

Terpisah, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, penurunan harga kelapa sawit terus terjadi. Untuk mencegahnya, pemerintah diharapkan segera menghadirkan industri hilirisasi. Dengan hilirisasi, kepastian pasar untuk para petani lebih baik. Dengan adanya kepastian pasar, harga tidak akan lagi bergantung pada eksternal.

“Hilirisasi yang dipilih di Kaltim juga harus punya kepastian pembeli. Jangan hanya hilirisasi tapi selanjutnya tidak tau dijual ke mana hasilnya,” tuturnya. Kaltim harus menjadi salah satu daerah tempat dibangunnya industri hilirisasi CPO. Namun hilirisasi CPO bermacam-macam, tidak bisa semuanya dilakukan. Ini yang harus dilihat pasarnya. Misalnya biodiesel, harus sudah jelas pembelinya.

“Kita harus tahu hilirisasi apa yang bisa dikembangkan di Kaltim disertai pembeli yang jelas. Jangan sampai kita hilirisasi tapi tidak ada pasarnya. Lebih baik ekspor CPO walaupun harganya terus turun,” pungkasnya. (*/ctr/ndu)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Harga Bahan Pokok di Balangan Stabil

Rabu, 24 April 2024 | 15:50 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X