Sulit Cari Anggota, Penutur Bukan Harus Orang Lokal

- Selasa, 2 Juli 2019 | 12:42 WIB

Membayangkan anak turun semakin tak mengenal bahasa daerah menjadi salah satu alasan orang-orang ini berkumpul dalam komunitas Oryza Lokabasa. Kendala terbesarnya merekrut anggota. Padahal, syaratnya sangat mudah. Cukup niat dan kesungguhan.

 

Agfi Sagittian, Jakarta

 

’’Wilujeng sonten, apo kaba, om swastiastu, piye kabare.’’ Empat jenis sapaan itu dilontarkan para anggota komunitas Oryza Lokabasa saat penulis datang menghampiri mereka di sebuah kafe di Jakarta, Minggu (30/6). Sebagai orang asli Jawa, tentu saja yang terdengar familier oleh penulis hanya ’’piye kabare’’.

Tiga sapaan yang lain hanya bisa direspons dengan senyum. ’’Gak perlu bingung, itu semua kalimat sapaan dari bahasa daerah masing-masing,’’ kata Founder Oryza Lokabasa Judianti Isakayoga yang akrab disapa Mbak Ji.

Dia memperkenalkan satu per satu anggota yang datang sore itu. Dari total sekitar 30 anggota komunitas, hanya delapan yang datang, termasuk Mbak Ji. Mereka mewakili empat tim bahasa daerah di bawah komunitas, yaitu tim bahasa Jawa, Sunda, Minang, dan Bali.

’’Cukup susah mengumpulkan anggota full team jika tidak sedang ada pertunjukan. Semua masih sibuk dengan aktivitas masing-masing,’’ ungkap Mbak Ji.

Mayoritas anggota komunitas adalah pria dan perempuan berusia 25–35 tahun. Hampir semua tak memiliki latar belakang ahli bahasa maupun seni. Misalnya, Desy Fatimah yang tergabung dalam tim bahasa Sunda. Neng geulis berambut panjang itu berkarir sebagai project management specialist USAID di Kedutaan Besar AS untuk Indonesia.

’’Awalnya, senior saya di kedubes yang merekomendasikan untuk ikut karena waktu itu komunitas membutuhkan penutur Sunda. Yah, karena saya teh USA ya, alias Urang Sunda Asli, jadi bolehlah coba ikut,’’ ujar Desy yang mengaku mendapat keturunan Sunda dari ibunya.

Desy tampil perdana bersama Oryza Lokabasa pada Desember 2017. Komunitas itu mengusung cerita Sangkuriang sehingga membutuhkan penutur Sunda untuk membacakan teks dialog. Tak semudah yang Desy pikirkan, ternyata membuat skrip bahasa Sunda sangat sulit.

Seperti halnya bahasa daerah lain, bahasa Sunda memiliki tingkatan. Layaknya ngoko dan krama inggil dalam bahasa Jawa. ’’Saya jadi sadar bahwa saya mewarisi tak lebih dari 80 persen kemampuan penutur Sunda asli seperti ibu saya,’’ katanya.

Dari situ Desy membayangkan, tinggal berapa persen kemampuan bahasa daerah generasi selanjutnya jika tak ada upaya untuk melestarikannya. Kesulitan menyusun skrip ternyata tak menjadi alasan untuk menyerah. Memilih untuk bermodal pede, komunitas Oryza Lokabasa yang saat itu masih beranggota segelintir orang tetap percaya diri tampil di hadapan ratusan orang di venue Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.

Pertunjukan berjalan lancar. Seluruh anggota memainkan dengan baik peran masing-masing. Alunan musik Sunda menambah cantik kemasan pertunjukan komunitas hari itu. Tepuk tangan penonton mengiringi sajian teater yang dibawakan Mbak Ji, Desy, dan kawan-kawan.

Setelah itu, seorang penonton menghampiri mereka di belakang panggung. Penonton tersebut menyinggung salah satu dialog yang dibawakan bahwa ada bagian yang pemilihan bahasanya kurang tepat. Desy lupa kalimat tepatnya. Namun, menurut orang tersebut, bahasa yang dibawakan itu tingkatannya kasar.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X