Tren Jasa Titip (Jastip), Menguntungkan namun Tidak Menjanjikan

- Senin, 1 Juli 2019 | 10:08 WIB

Jasa titip (jastip) semakin marak. Cara memiliki barang bukan lagi perihal jarak. Dengan jastip, konsumen dimudahkan. Irit tenaga dan biaya tentunya. Sejak muncul empat tahun lalu, pelakunya semakin masif. Hal itu menandakan bahwa masyarakat kian konsumtif.

 

JASA titip atau jastip adalah jenis usaha yang kini digandrungi. Pelakunya adalah mereka yang sering mengunjungi bandara. Pelesiran dalam negeri hingga menjadi pelancong di negeri orang. Memenuhi kebutuhan barang yang tidak tersedia di tempat asal mereka. Memfasilitasi dengan membawakan barang tersebut, ada ongkos titip per barang.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul mengungkapkan, jastip merupakan contoh usaha yang timbul dari gaya hidup. “Timbul karena gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif. Misal ingin membeli brand barang yang tidak ada di salah satu daerah. Meski begitu, jastip belum bisa dikatakan sebagai bisnis jika dilakukan tidak terorganisasi, bersifat personal dan yang dilayani hanya kerabat atau kolega,” jelasnya.

Beda jika Anda memiliki satu lapak baik offline atau rumahan. Lalu, online seperti akun sosial media khusus guna promosi dan sudah melayani masyarakat luas. Juga, usaha jastip dilakukan rutin, bukan hanya momen tertentu, misal liburan. “Nah, kalau sudah punya lapak sendiri dan melayani orang-orang di luar lingkar kerabat baru bisa dikatakan jenis bisnis dengan bantuan teknologi untuk branding,” tambahnya.

Setiap usaha pasti memiliki tantangan dan risiko. Meski identik dengan kegiatan seru karena jalan-jalan seraya menghasilkan uang, risiko jastip tidak kalah besar dengan bisnis lain. Salah satunya, menalangi uang untuk membeli barang pesanan. “Biasanya trik ini dilakukan para pelaku yang baru saja membuka jastip dan mempromosikan diri. Namun, jika sudah memiliki nama, para pelaku lebih memilih jalan aman, yakni membayar uang muka atau melunasinya,” imbuh dosen Ilmu Ekonomi itu.

Kendati demikian, Warsilan mengaku pengguna dan pelaku jastip menjamur di berbagai daerah. Secara tidak langsung menggambarkan bahwa usaha itu memiliki prospek bagus. Juga menjawab bahwa usaha jastip diterima dengan baik oleh masyarakat.

“Semakin modern, masyarakat semakin ingin melakukan hal lebih mudah. Nah, dengan adanya jastip ini membantu agar lebih irit biaya dan tenaga jika ingin membeli barang yang tidak tersedia di lingkungannya,” timpal dia.

Dari segala penjabaran sisi kelebihan dan kekurangan. Warsilan berkesimpulan jika jastip merupakan pilihan kurang cocok jika mencari bisnis jangka panjang. Mengingat tidak semua brand mempersilakan pengunjung mendokumentasi barang-barang di dalam store.

“Terlebih untuk brand ternama yang ketat menjaga pengunjung. Hal ini biasanya terjadi karena brand tersebut sudah memiliki website untuk menjajakan barang dagangannya secara lokal hingga internasional,” bebernya. (*/nul*/rdm2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X