Jawab Kritikan Uni Eropa, Ini yang Dilakukan Indonesia

- Sabtu, 29 Juni 2019 | 12:32 WIB

PEMERINTAH dan para pelaku usaha sawit Indonesia proaktif memperkenalkan tata kelola perkebunan sawit yang berkelanjutan kepada berbagai pihak di sejumlah negara Uni Eropa. Salah satunya, Norwegia yang dikenal sebagai negara yang sangat kritis menyerang sektor minyak sawit dengan berbagai isu lingkungan dan sosial.

Upaya mengenalkan fakta objektif tersebut dikemas dalam rangkaian acara Festival Indonesia dan seminar bertajuk “Lahan Gambut dan Kontribusi Industri Sawit dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (UN SDGs)” pada 28–29 Juni di Oslo. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Kedutaan Besar RI di Oslo bekerja sama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Badan Restorasi Gambut, dan BPDP-KS.

Wakil Ketua Umum Gapki Togar Sitanggang yang menjadi pembicara dalam seminar tersebut menyampaikan beberapa poin strategis. Di antaranya, industri sawit saat ini menjadi tumpuan ekonomi nasional. Selain sebagai penyumbang devisa terbesar juga sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja hingga 20 juta orang.

“Dengan produksi yang mencapai 47 juta ton tahun lalu, di mana 32 juta ton diekspor, sawit menyumbang devisa ekspor hingga USD 21 miliar atau lebih dari Rp 300 triliun. Ini sangat besar,” kata Togar, Jumat (28/6).

Potensi strategis lain adalah ketika minyak sawit bisa diolah menjadi bahan baku energi baru dan terbarukan. “Karena berpotensi menjadi sumber energi alternatif, resistensi negara maju terhadap sawit sangat keras. Karena siapa yang bisa menguasai energi dia akan menguasai dunia,” kata Togar.

Dia mengatakan, seminar sawit di Oslo itu untuk memperkenalkan fakta objektif mengenai industri sawit Indonesia yang berkelanjutan. Hadir dalam kegiatan seminar sawit ini Duta Besar RI di Oslo Todung Mulya Lubis, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono, Dirut BPDPKS Dono Boestami, dan Ketua BRG Nazir Fuad. Sementara itu, dari kalangan akademisi yang akan menjadi pembicara, antara lain, Prof Dr Yanto Santosa (guru besar Fakultas Kehutanan IPB) dan Prof Pietro Paganini dari John Cabot University Roma. (ndu2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X