Industri Hilir Belum Dilirik Investor

- Kamis, 27 Juni 2019 | 13:37 WIB

 Investasi di bidang industri hilir kelapa sawit harusnya menarik bagi investor. Sebab produksi bahan baku berupa crude palm oil (CPO) sangat melimpah di Kaltim. Apalagi pemerintah gencar melebarkan pasar domestik dengan menerapkan program biodiesel 20 persen (B20), B30, dan nantinya B100. Tetapi ini masih sebatas harapan.

 

 

SAMARINDA - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, industri pengolahan sawit masih menarik dan memiliki potensi besar. Dengan proyeksi produksi CPO nasional pada 2020 bisa mencapai 55 juta ton maka itu akan menopang tumbuhnya minat investasi pengolahan CPO. “Di Kaltim produksinya mencapai 3,5 juta per tahun dan ditargetkan terus tumbuh,” ungkapnya, Rabu (26/6).

Pembangunan pabrik hilir kelapa sawit, tambahnya, harus menjadi pilihan karena lebih efisien dibandingkan daerah lain. Sebab pasokan bahan baku yang lebih banyak dan bersertifikat sustainable (memenuhi prinsip keberlanjutan lestari). Apalagi Kaltim sudah menyediakan kawasan industri kelapa sawit, seperti Kawasan Ekonomi Khusus Maloy Batuta Trans Kalimantan (KEK-MBTK).

 “Walau terlalu jauh jika langsung ke biodiesel, investor bisa ditarik untuk industri hilir sawit supaya menghasilkan produk pangan seperti minyak goreng,” tuturnya. Tapi apapun produk hilirnya, yang terpenting menarik investasi untuk sektor ini dalam jangka panjang.

Dari segi dukungan ketersediaan bahan baku, tentu mencukupi untuk kebutuhan rencana hilirisasi. Tinggal bagaimana Kaltim bisa menarik investor dan mempermudah izin yang masuk. “Sebab bagi dunia usaha yang terpenting adalah adanya kemudahan, kepastian hukum, dan tentunya insentif. Misalnya kemudahan perizinan dan pemasaran,” pungkasnya.

Terpisah Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Muhamad Nur mengatakan, apapun hilirisasi yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit akan memberikan dampak luar biasa terhadap perekonomian. Makanya Kaltim harus bisa menghadirkan produk turunan kelapa sawit yang dibutuhkan masyarakat.

Nanti bisa saja di Kaltim ada pabrik minyak goreng, mentega, dan sebagainya. Bergantung pelaku usaha melihat pasar yang ada seperti apa. “Tentu itu jadi harapan kita bersama. Efeknya terhadap ekonomi sangat besar,” ungkapnya.

Nilai tambah yang dihasilkan dari hilirisasi kelapa sawit, tambahnya, bakal  menghasilkan peningkatan kontribusi pada produk domestik regional bruto (PDRB). Lalu, jika hilirisasi ini memiliki pabrik maka akan menghasilkan tenaga kerja. “Jadi apapun industri hilirnya sangat potensial. Tinggal bagaimana pemerintah bisa meyakinkan investor untuk mau menanamkan investasinya di Kaltim,” tutupnya. (*/ctr/ndu/k15)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X