Perubahan Pola Belanja Bikin Persaingan Ketat

- Rabu, 26 Juni 2019 | 15:31 WIB

JAKARTA – Persaingan ritel yang semakin ketat menjadi alasan Giant menutup enam gerai di wilayah Jakarta, Depok, dan Bekasi. Direktur PT Hero Supermarket Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan, persaingan ritel di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen.

Mengantisipasi perubahan ini, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan semua rekan kerja. ”Perusahaan menyadari hal ini akan menjadi periode sulit bagi rekan kerja yang terdampak. Kami selalu memastikan transisi akan berjalan dengan adil dan sebaik mungkin,” ungkapnya kepada Jawa Pos kemarin (25/6).

Selain memperkuat bisnis makanan, Hero Supermarket akan mengembangkan bisnis lain, yakni Guardian dan IKEA. Penyesuaian itu merupakan bentuk komitmen jangka panjang bisnis Hero di Indonesia dan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang berubah dengan cepat. Per Mei 2019, Giant di bawah grup Hero tercatat memiliki 125 toko.

Bukan hanya Giant, bisnis-bisnis retail lain juga mengalami hal yang sama. Agar tetap kompetitif serta memenuhi perubahan pola belanja pelanggan, strategi jangka panjang dan implementasi program multi-years transformation akan dikembangkan. ”Kami sedang melakukan perbaikan, tapi membutuhkan waktu,” jelasnya.

Transisi tersebut tentu berdampak pada pekerja. Pihaknya berjanji memberikan perlakukan yang adil. Jika memungkinkan, peluang akan kembali diberikan di bisnis lainnya seperti Guardian Healthy & Beauty dan IKEA.

Sementara itu, Koordinator Wilayah Indonesia Bagian Timur Aprindo Abraham Ibnu menjelaskan, secara nasional, Indonesia total grocery yang terdiri dari modern market dan traditional market pada kuartal pertama 2019 tumbuh 1,8 persen. Faktor yang mempengaruhinya, antara lain, peningkatan dari segi konsumsi masyarakat, pembelanjaan pemerintah, dan pembelanjaan investor.

”Jika diperinci berdasar wilayah, penjualan grocery di Jakarta minus 1,4 persen. Tetapi, Jatim tumbuh 3,8 persen dan mampu berkontribusi sekitar 14,9 persen terhadap kinerja nasional,” urainya kemarin (25/6). Kemudian, area Kalimantan berhasil tumbuh 5,3 persen dan Sulawesi 3,8 persen.

Jika berbicara modern trade, ada lima format yang cukup berkembang di tanah air saat ini. Yakni, hipermarket, supermarket, minimarket, departement store, dan pusat perbelanjaan. Dari seluruh format tersebut, rata-rata pertumbuhannya sekitar 6,6 persen secara nasional. ”Tapi, kalau dipilah lagi, khusus yang hipermarket dan supermarket ternyata mengalami minus 6,8 persen. Memang mereka ada ekspansi, tapi faktanya toko yang jumlahnya tutup itu lebih banyak daripada yang dibuka,” tegasnya.

Penyebab hal tersebut bermacam-macam. Menurut Ibnu, ada yang memang performanya negatif sehingga harus ditutup. Namun, ada juga yang menutup gerainya sementara karena sedang memikirkan strategi yang pas untuk memenangkan market. ”Tapi, mayoritas mereka menutup tokonya karena ingin mengubah konsep. Misalnya, ingin mengecilkan space. Dari yang awalnya 5 ribu meter persegi diperkecil jadi 2 ribu m2 agar lebih fleksibel dan efisien,” tuturnya. Sebab, kalau lokasinya lebih kecil, otomatis biaya operasional untuk sewa tempat, listrik, dan karyawan tidak akan banyak. (nis/car/c12/oki)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X