Orangtua Pekerja, Bagaimana Efeknya Bagi Anak?

- Senin, 24 Juni 2019 | 09:23 WIB

Kewajiban dan hak adalah hal berbeda namun harus dijalankan seirama. Seperti kewajiban ibu mengurus anak dan ayah sebagai kepala rumah tangga. Dewasa ini, banyak perempuan yang juga berkarier. Sehingga waktu mengurus anak sering tergadai. Anak seharusnya tumbuh dengan kasih sayang utuh.

 

MENANGGAPI hal itu, psikolog klinis Lisda Sofia mengimbau para perempuan agar tidak menghabiskan waktu terlalu lama dalam bekerja. “Perkembangan anak itu wajib banget diawasi. Seperti yang diketahui bahwa rumah adalah sekolah pertama, sang ibu wajib memberikan perhatian dan arahan. Terlebih jika anak masih dalam usia berkembang,” ucapnya.

Kendati demikian, Lisda tidak sepenuhnya melarang para perempuan bekerja. Namun, sang ibu harus pandai membagi waktu. Kewajiban itu bukan hanya milik ibu, tapi juga ayah. “Apalagi jika punya anak laki-laki. Sebab, pribadi ayah biasa ditiru dengan cepat oleh anak laki-lakinya. Jadi, sesibuk apapun luangkan waktu bersama sang anak,” tambahnya.

Jika keadaan memaksa untuk tetap bekerja dengan waktu cukup padat, Lisda menyarankan untuk tetap berkomunikasi dengan baik meski melalui telepon. Agar sang anak tetap merasa dicintai.

Lisda mengatakan, jika momen golden age (usia emas) anak adalah hal penting dalam tahap tumbuh kembang. Merupakan momen awal kehidupan, di mana anak lebih mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.

Setelah seharian sibuk di tempat kerja, biasanya orangtua cenderung abai terhadap keluhan anak. Memilih beristirahat. Hal itu secara tak langsung menjadikan Anda sebagai orangtua weekend, alias hanya meluangkan waktu dan perhatian pada akhir pekan.

“Anda boleh sibuk, tapi jangan meluapkan amarah atau beban pekerjaan kepada anak. Sebab, menurut saya itu enggak fair bagi anak yang seharusnya mendapat kasih sayang,” ungkapnya.

Kalau sudah seperti itu, anak berpeluang mencari perhatian ke tempat lain. Tak menjanjikan apakah lingkungan itu bisa memberi contoh baik atau tidak. Hingga akhirnya, anak terbentuk sesuai dengan lingkungan tanpa pengawasan orangtua.

“Makanya banyak anak SD sudah pandai merokok, berkelahi, atau sudah menyukai lawan jenis. Kalau anak diawasi dengan baik, Anda sebagai orangtua bisa menjadi tempat keluh kesah sang anak. Pasti tidak akan terjadi hal-hal seperti itu,” ungkap Kepala Biro Psikologi Perfecta Psyche Samarinda itu.

Jika Anda terlalu mengutamakan pekerjaan dan mengabaikan anak. Jangan terkejut apabila anak memiliki sifat yang tidak peduli dan cenderung emosional. Sebab, hal itu bisa jadi dia contoh dari Anda.

Bagi Lisda, orangtua yang baik adalah mereka mengetahui tugas dan tanggung jawab. Melindungi, memberikan pendidikan, mencegah pernikahan dini, menumbuhkembangkan bakat dan minat serta karakter anak. Sebab itu, meski Anda sudah bulat memutuskan berkarier. Pastikan bahwa kebutuhan dan kepentingan anak selalu menjadi prioritas. (*/nul*/rdm2/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X