Investor Masih Tertarik dengan Pertambangan

- Jumat, 21 Juni 2019 | 13:09 WIB

SAMARINDA-Pada triwulan pertama Kaltim mencatat ada 763 izin usaha. Jumlah itu mencatatkan kinerja yang sangat baik, namun sektor pertambangan masih mendominasi 34,34 persen dari total izin yang diterbitkan atau mencapai 262 izin pertambangan. Dengan demikian, sektor pertambangan masih memiliki daya tarik oleh investor di Bumi Etam.

Untuk diketahui, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kaltim mencatat, pada 2019 ditargetkan realisasi investasi mencapai Rp 36,35 triliun. Jumlah itu berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 13,51 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp 25,09 triliun. Hingga triwulan pertama tahun ini, realisasinya sudah mencapai Rp 9,24 triliun atau 25,42 persen dari target, dengan rincian PMDN Rp 7,16 triliun dan PMA USD 138,52 juta atau sebesar Rp 2,08 triliun.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Muhamad Nur mengatakan, jika secara data investasi masih tercatat kebanyakan berasal dari batu bara, ini menandakan sektor tersebut masih menarik di mata investor. Meskipun pemerintah Kaltim sudah banyak berusaha menarik investor untuk sektor lain, contohnya menyediakan kawasan industri untuk crude palm oil (CPO) di Maloy Kutai Timur.

“Hal itu merupakan upaya agar sektor lain juga bisa tumbuh tidak hanya pertambangan batu bara,” ungkapnya Rabu (19/6).
Menurutnya, tentunya langkah yang diambil sudah baik. Hanya saja memang tidak mudah menggantikan sektor yang bahkan berkontribusi hingga 46 persen pada struktur ekonomi. Namun, secara jangka panjang sedikit demi sedikit sektor lain bisa tumbuh.

“Jika sektor lain tumbuh, dominasi batu bara pada struktur ekonomi bisa bergeser sehingga akan menarik investor lebih banyak lagi,” pungkasnya. Terpisah, Wakil Ketua Bidang Investasi Kadin Kaltim Alexander Soemarno mengatakan, investor punya banyak cara untuk menilai suatu sektor. Salah satunya pemilihan daerah tempat investasi. Biasanya, daerah dengan neraca perdagangan yang surplus bisa menjadi pilihan. Kaltim selama ini selalu mencatat neraca perdagangan yang surplus, hal ini menandakan secara ekonomi lebih baik dibandingkan daerah yang tidak surplus.

“Maka Kaltim bisa menjadi daya tarik, tapi mereka juga akan melihat sektor apa yang membuat daerah tersebut surplus,” ujarnya Rabu (19/6). Dia menjelaskan, selama ini di Kaltim neraca perdagangan yang surplus masih berasal oleh ekspor batu bara yang sangat mendominasi. Sehingga investor akan tertarik dengan sektor itu, namun perlu diketahui sektor ini sudah sangat terbatas. Wajar jika sektor ini masih mendominasi, karena masih ada daya tarik dibandingkan sektor lain.

“Kaltim harus memiliki sektor baru yang membuat para investor tertarik. Sebab pertambangan semakin terbatas dan membuat investor berpikir dua kali, jika terus demikian daerah ini tidak akan menjadi sasaran investasi,” pungkasnya. (*/ctr)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB
X