Berbagi tugas, bergantian hadiri sidang, dan bermarkas di hotel terdekat dari MK ditempuh para pihak yang bertarung di MK untuk hemat waktu dan tenaga. Jeda antarsidang kadang diisi konsolidasi, makan bersama, atau tidur.
BAYU PUTRA, Jakarta
HARI sudah pagi saat Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Anwar Usman akhirnya mengetuk palu tiga kali. ’’Sidang selesai dan ditutup. Selamat beristirahat,’’ ucap Anwar.
Waktu menunjukkan pukul 04.55. Itu berarti pada kemarin pagi itu (20/6) semua pihak yang beperkara dalam sengketa hasil pemilihan presiden di MK tersebut telah berada dalam ruang sidang sekitar 20 jam. Hampir sehari penuh.
Tak heran, semua tampak menghela napas lega begitu Anwar menutup sidang. Tapi, kelegaan itu pun hanya sementara.
Bagaimana tidak, delapan jam kemudian mereka, kuasa hukum pemohon (pasangan calon/paslon 02), termohon (KPU), dan pihak terkait (paslon 01), harus kembali bertarung di ruangan yang sama. Itu dilakukan karena MK diharuskan menangani dan memutus sidang dengan cepat. Hanya ada waktu 14 hari kerja untuk memulai hingga memutus perkara.
Otomatis, semua yang bertarung di MK, baik pemohon, termohon, maupun pihak terkait, harus secermat mungkin menghitung waktu dan tenaga. Cara yang ditempuh pun beragam.
Salah satunya berbagi tugas. Pengacara KPU Ali Nurdin, misalnya, menyiapkan tidak kurang dari 45 anggota tim meski yang masuk ke dalam ruang sidang hanya 10 orang.
Tim tersebut memiliki tugas masing-masing. Ada yang menyiapkan data TPS dan kecamatan. Ada pula yang membagi materi per tema atau wilayah. Termasuk untuk menangani urusan sederhana semacam makanan atau tisu.
Saat Ali tampak berkeringat seusai melayani wawancara salah satu stasiun televisi, contohnya, sontak salah seorang asistennya langsung menyodorkan tisu. Ali pun mengambilnya, kemudian menyeka keringat di wajah sembari mengatur napas kembali.
’’Tim tisu sudah ada. Sekadar tisu saja berguna,’’ ucapnya seraya berterima kasih kepada sang asisten, seorang perempuan berambut panjang dengan sepatu heels yang lantas tersenyum setelah menerima ucapan tersebut.
Ali juga mengaku punya tim pijat. Tim yang dia maksud adalah sang istri. ’’Didatangkan khusus ke hotel. Jadi, sebelum saya tidur, dipijat dulu sama nyonya. Nggak ada yang lain, hehehe,’’ katanya.
Dalam 10 hari belakangan, Ali dan timnya sama sekali tidak pulang ke rumah. Mereka bermarkas di Hotel Borobudur yang tak jauh dari gedung MK untuk menghemat waktu dan tenaga. Karena itu, pihak keluargalah yang didatangkan.