SAMARINDA-Perilaku seks menyimpang yang dialami Robinson Rante Linggi (33), masih jadi perbincangan hangat, khususnya kalangan orangtua. Hal itu tentu akibat dari dua bocah yang merupakan tetangga pelaku, turut jadi korban aksi bejat oknum sekuriti tersebut. Usut punya usut, ada kejadian kelam pula yang pernah dirasakan Robi -sapaan akrab pelaku-. Robi mengaku pernah menjadi korban.
Dikonfirmasi (19/6), Kanit Reskrim Polsek Samarinda Kota Ipda Abdillah Dalimunthe menyebut, penjelasan pernah menjadi korban didengarnya langsung. “Saat masih anak-anak juga,” ujar perwira polisi berpangkat balok satu tersebut. Ditegaskan Dalimunthe, polisi sudah melakukan pemeriksaan mendalam terhadap semua penjelasan Robi. “Masih tetap dua orang korbannya, yang tinggal enggak jauh dari indekos dia (pelaku),” sambungnya.
Ditegaskan polisi, faktor retaknya rumah tangga dan sudah lama tak berhubungan badan dengan istri, menjadi pemicu pelaku nekat berbuat ke anak-anak tersebut. “Utamanya adalah penanganan saat dia (Robi) jadi korban, belum tuntas sehingga terpikir berbuat serupa,” tambahnya.
Polisi masih terfokus dengan dua laporan korban, sebut saja Boy dan Son (bukan nama sebenarnya), yang masih sama-sama berusia delapan tahun. “Kami juga ke lokasi berusaha menjemput bola, maksudnya agar korban lain yang pernah ‘digagahi’ pelaku, berani melapor,” tambah Dalimunthe. Meski belum bertambah korbannya, polisi tetap memberikan perhatian khusus kepada kasus tersebut.
Terpisah, Koordinator Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PPTPPO) Kaltim Adji Suwignyo menjelaskan, peran pemerintah harus lebih bisa ditingkatkan. “Kondisi korban secara kasatmata saja ceria. Tapi beberapa kali terbangun dari tidur seperti ngelindur, artinya punya trauma,” jelasnya. Menurutnya, pelaku dan korban harus assessment secara benar. “Masalah ini, pemkot harus ambil peran. Bukan sekadar penegak hukum saja,” jelasnya.
Menurut Adji, hampir setiap bulan kasus pencabulan terjadi di Samarinda. Setelah jauh ditelusuri, ternyata sudah sering diperdaya pelakunya. “Kalau penanganannya saja enggak tuntas, potensi anak yang sebelumnya korban, bisa jadi pelaku,” tegasnya. Pemerhati anak itu menyoroti kinerja pemerintah daerah yang dirasa masih kurang. “Kami siap action di lapangan, advokasi dan segala macamnya,” tandasnya. (*/dra)