Banjir Samarinda Tidak Menyebabkan Inflasi

- Rabu, 19 Juni 2019 | 10:49 WIB

SAMARINDA- Banjir yang menggenangi Samarinda sejak Jumat (7/6) lalu ternyata tidak memberi pengaruh besar untuk tekanan inflasi di Kaltim. Meski sempat terjadi penurunan daya beli masyarakat, bencana tersebut tidak menyebabkan sejumlah bahan makanan mengalami kenaikan harga dan stok terganggu.

Berdasarkan informasi harga yang diperoleh dari pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) Nasional, harga komoditas pangan utama di Samarinda setelah banjir hingga 10 Juni masih mengalami deflasi. Tekanan harga mulai meningkat pada 17 Juni. Berdasarkan komoditasnya peningkatan disumbang dari bawang merah yang naik 3,16 persen (day-to-day). Namun secara menyeluruh, harga bawang merah saat ini masih normal atau sama dengan level harga sebelum periode Ramadan.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim Atqo Mardiyanto mengatakan, untuk mengukur inflasi Kaltim, BPS menggunakan 430 komoditas di Balikpapan dan Samarinda. Dari 430 komoditas itu memiliki kualifikasi berbeda. Sehingga total komoditasnya bisa lebih dari 1.000 yang berasal masing-masing komoditas tersebut, seperti cabai, bawang, ikan, ayam, tiket pesawat dan lainnya punya penimbang.

Tentunya kalau dilihat masing-masing tidak sama. Karena ada beberapa komoditas yang harganya naik dan menyebabkan inflasi, tapi ada yang beberapa turun maka menyebabkan deflasi. “Karena diambil dari rata-rata, maka harus dilihat semua komoditas,” ungkapnya, Senin (18/6).

Dia menjelaskan, jika kebanyakan komoditas mengalami inflasi maka Kaltim akan tercatat demikian. Namun, jika kebanyakan deflasi maka BPS akan mencatat Kaltim deflasi. Diketahui salah satu faktor agar tidak menyumbang inflasi adalah kestabilan harga. Sehingga bukan mahal atau murah tapi harus stabil. Walaupun tetap yang diharapkan adalah stabil dengan harga murah, agar masyarakat tidak terbebani.

“Mungkin ada beberapa komoditas yang naik, tapi tetap harus melihat rata-rata dari 430 komoditas tersebut. Namun kita tetap harus melihat awal Juli mendatang agar ada angka pasti, Kaltim mengalami deflasi atau inflasi. Saat ini hanya sebatas prediksi,” tutupnya.

Terpisah, Ketua Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Harry Aginta mengatakan, berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH) sampai minggu ketiga Juni 2019, inflasi Kaltim tercatat 0,02 persen. Nilai tersebut masih lebih rendah dibandingkan Mei yang mencatat inflasi sebesar 0,52 persen. “Banjir di Samarinda tidak terlalu memengaruhi inflasi Juni di Kaltim,” ungkapnya.

Dia mengakui, kebutuhan Samarinda kebanyakan masih didatangkan dari luar daerah. Namun, tekanan inflasi tak terpengaruh banjir karena distribusi barang di Samarinda berasal dari pelabuhan peti kemas di Kecamatan Palaran. Pelabuhan tersebut merupakan sentra distribusi barang dan tempatnya tidak terdampak banjir. Sehingga tidak memengaruhi stok dan distribusi kebutuhan. (*/ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X