Dalam perjalanan religi kali ini, membuat saya semakin bersyukur. Dipertemukan dengan banyak orang, dan melihat perbedaan bukanlah sebuah pembeda. Tetapi pelengkap dan sebuah kesatuan. Entah siapa dan apapun ajaran agama yang dianut.
Oleh: Akin Sudharta
PERJALANAN berlangsung sepekan. Berkunjung ke beberapa daerah seperti Beijing, Jinan, Taishan, Qufu, dan Shanghai. Saya didampingi istri, Lily Ng. Serta 24 pengurus Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) baik dari pusat maupun beberapa daerah lainnya. Termasuk Ketua Umum Dewan Rohaniwan Pengurus Matakin Pusat, Xue Shi Budi S Tanuwibowo ikut dalam rombongan.
DOA SEJENAK: Berdoa di salah satu kuil ternama di Qufu.
Mulai 22–29 Mei, ziarah difokuskan di Kota Qufu, terletak di Provinsi Shandong, pesisir timur Tiongkok. Daerah ini mendapat perhatian besar dari pemerintah setempat. Terlihat dari pembangunan dan perbaikan yang dilakukan di kota kelahiran Nabi Kong Zi tersebut.
Merupakan salah satu nabi agung dalam ajaran Konghucu. Di kota ini, ada banyak tempat bersejarah seperti Kong Miao, Kongfu, dan Konglin yang oleh UNESCO dijadikan situs bersejarah dunia.
KHIDMAT: Ritual sembahyang di Kota Qufu, Shandong.
Kong Miao (confucius temple) berdiri lebih dari dua ribu tahun lamanya. Masih tampak kukuh. Di halaman kelenteng, ada banyak prasasti penghargaan kepada Nabi Kong Zi. Diberikan oleh raja-raja Tiongkok pada masa lampau. Di kelenteng inilah, setiap tahun diperingati secara besar hari kelahiran Nabi Kong Zi.
RITUAL: Penyambutan oleh Pemerintah Kota Shandong untuk ritual sembahyang dan doa syukur di Kuil Kong Miao. Merupakan kelenteng Konghucu terbesar di Qufu.
