Waspada Obat Diet Instan

- Senin, 17 Juni 2019 | 13:03 WIB

Tubuh proporsional adalah idaman. Mendapatkannya tidak semudah membalik telapak tangan. Sehabis momen Lebaran, banyak yang mengeluh kenaikan berat badan secara signifikan. Konsumsi obat atau suplemen diet jadi jalan instan. Namun waspada, jika efeknya cepat, tidak menjamin hal itu aman.

CALON konsumen harus waspada terhadap efek samping yang timbul jika mengonsumsi obat diet instan. Swandari Paramita, akademisi Fakultas Kedokteran Unmul, mengungkapkan obat umumnya berasal dari herbal dan kimia.

Ada tiga golongan obat anti-obesitas. Menghambat penyerapan makanan, menekan nafsu makan, dan meningkatkan pembakaran lemak. Dari ketiga golongan tersebut, hampir semuanya memiliki efek samping. Biasanya, obat pembakar lemak cenderung dari herbal. Sedangkan penekan nafsu makan, sistem kerjanya mirip narkoba. Jadi, efek sampingnya banyak. Salah satunya ke jantung. Saat ini, obat tersebut sudah dilarang dan ditarik peredarannya.

“Sekarang, obat anti kegemukan yang beredar hanya satu golongan, mencegah masuknya lemak ke dalam usus. Meski begitu, efek sampingnya lumayan. Lemak akan ikut keluar saat buang air besar. Keluhan utama dari mereka yang mengonsumsi, buang air besar (BAB) lebih berlemak dan membuat kurang nyaman,” ungkap Swandari saat ditemui awal pekan lalu.

Untuk anti kegemukan, versi herbal lebih sering ditemukan di Indonesia. Untuk yang bahan kimia tidak ada buatan dalam negeri. Sehingga biayanya lebih mahal karena impor. Swandari menyebut, pasien banyak tidak mau diberi resep obat kimia karena efek sampingnya.

“Ada beberapa jenis tumbuhan yang dianjurkan karena mampu melangsingkan tubuh. Seperti jati belanda dan jati cina. Mekanisme kerjanya mampu menghambat lemak dalam tubuh. Efek sampingnya, BAB terganggu karena lemak ikut keluar. Melalui buang air kecil (BAK) juga bisa. Hal itu akan membuat seseorang jadi kurang cairan dan dehidrasi,” lanjutnya.

Jati belanda dan jati cina sudah digunakan turun-temurun dan menjadi salah satu kearifan lokal Indonesia, sehingga masih dipakai hingga saat ini. Daun jati belanda biasa diambil dan diolah sebagai teh atau slimming tea. Sejak dulu, jati belanda sudah dikenal khasiatnya mampu menurunkan berat badan. Slimming tea memang paling aman dikonsumsi. Namun, tetap cari yang legal dan sudah memiliki izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Menurut Swandari, menurunkan berat badan tidak mudah. Tak hanya membutuhkan suplemen diet, tapi yang bersangkutan harus rajin olahraga dan mengatur pola makan.

“Pada dasarnya, bahan alami tidak boleh dicampur dengan kimia. Seperti slimming tea yang sudah beredar secara legal di pasaran, produsen biasanya menambahkan unsur alami seperti teh hijau dan kayu rapet. Namun, unsur utamanya tetap menggunakan jati belanda,” jelas dokter yang praktik di Jalan Dr Soetomo tersebut.

Sebelum memutuskan konsumsi suplemen diet tertentu, ada baiknya aktif mencari tahu apakah obat itu legal dan ada izinnya. Jika membeli sembarangan dan ilegal, khawatir ada bahan kimia dimasukkan.

“Tipsnya, kalau memang tertarik mengonsumsi suplemen diet, harus cari tahu dulu apa kandungannya. Kalau seandainya tidak jelas, jangan dibeli. Jika ingin bertanya perihal kegunaannya bisa konsultasi ke dokter,” pungkasnya. (*/ysm*/rdm/k8

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X