Demokrasi dan Persen

- Minggu, 16 Juni 2019 | 13:26 WIB

Oleh BANDUNG MAWARDI

HARI-HARI menjelang keruntuhan rezim Orde Baru, Wiji Thukul menggubah puisi tentang demokrasi ilusif di Indonesia. Pujangga bertubuh kurus itu menggunakan idiom ganas, ejekan bagi manipulasi gagasan dan praktik berdemokrasi.

Wiji Thukul dalam puisi berjudul Terus Terang Saja (1996) menulis gugatan keras dan mengena: Sekarang demokrasi sudah 100%/ bulat/ tanpa debat/ tapi belum menjadi aku sejati/ karena aku dibungkam oleh demokrasi 100%/ yang tidak bisa salah// namun aku sangsi karena kemelaratan belum dilumpuhkan/ aku sangsi pada yang 100% benar/ terus terang saja! Penggunaan simbol % (persen) mengingatkan kita dengan sejarah politik di Indonesia.

Pada 1945, Tan Malaka bergerak untuk bertemu para tokoh politik di Jakarta. Tan Malaka alias ”Bapak Republik Indonesia” menginginkan ada bahasa dan aksi revolusioner demi kemerdekaan. Pertemuan-pertemuan dimaksudkan membuat konsensus tentang siasat kemerdekaan.

Tan Malaka pun menulis pelbagai risalah dan berpidato di depan publik. Pada 1946, agenda pembentukan Persatoean Perdjoangan di Purwokerto semakin menguatkan slogan Tan Malaka: ”Merdeka 100%”. Penggunaan tanda persen menjadi simbol kesadaran politik modern dan revolusioner.

Tan Malaka sadar atas pesona dan efek dari slogan ”Merdeka 100%” bakal menggerakkan revolusi tanpa intervensi dan dikte dari negara-negara asing. Tan Malaka berpijak ke logika, menerjemahkan ke semaian propaganda politik bagi publik.

Merdeka harus bulat, tak berlubang! Penggunaan persen itu meledek dominasi kolonial saat menginferiorisasi negeri-negeri terjajah di Asia dan Afrika. Tan Malaka sanggup melawan, memilih simbol persen. Ampuh!

Ingat, persen telah digunakan para penggerak bangsa, sejak awal abad XX. Mereka memilih persen sebagai representasi dari pencanggihan pikiran di zaman ”kemadjoean”.

Di Fikiran Ra’jat (1932), Soekarno menulis tentang realitas ekonomi-politik negeri terjajah. Gagasan-gagasan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi sedang berkembang, ikhtiar mengubah nasib kaum terjajah. Pelbagai usulan dan tindakan dilakukan kaum pribumi, melawan kolonialisme dan kapitalisme. Perlawanan tak pernah usai meski memiliki kelemahan.

Soekarno mengingatkan: ”… tjara perdjoangan mendjatoehkan imperialisme dengan djalan semoea berdagang tahoe dan soto adalah tjara perdjoangan jang moestahil bisa berdjalan 100%, dan jang dus moestahil bisa berboeah 100%.” Kemutlakkan 100% menghinggapi kaum pergerakan dalam menggapai kemerdekaan Indonesia. Soekarno berkata: ”… nasib rakjat baroelah bisa 100% sempoerna kalau Indonesia soedah merdeka.”

Dua tokoh memberikan rangsangan nalar canggih dalam berpolitik, membesarkan nasionalisme dan menguatkan ambisi kemerdekaan. Mereka memilih 100%, tak berlebihan sampai 1.000%.

Kesadaran puncak dan kebulatan tekad dibuktikan dengan sebaran gagasan dan gerakan-gerakan melawan kolonialisme. Misi 100% mengandung percampuran urusan ideologi, ekonomi, sejarah, politik, dan martabat. Ingat Tan Malaka dan Soekarno, ingat 100%.

Penggunaan persen bergerak ke pelbagai lini kehidupan, dari ekonomi sampai perwujudan demokrasi. Kita pun ingat tentang ejekan Soekarno atas demokrasi berdalil persen rawan ”mengibuli” suara dan menimbulkan perpecahan. Sindiran demokrasi persen itu mengubah situasi Indonesia pada masa 1950-an.

Pemilu 1955 sebagai representasi hajatan demokrasi di Indonesia dicatat oleh para politikus dengan persen. Kemenangan empat partai besar dikabarkan dengan persen, teringat oleh publik mengacu angka dan persen. Demokrasi semakin sah menggunakan persen, mengolah angka dengan efisiensi simbolis.

Nalar persen itu menjalar sampai ke pemilu-pemilu di masa Orde Baru. Kemenangan Golkar selalu menguatkan persen. Urusan pemilu adalah mencapai persen tertinggi, mengalahkan dua partai secara telak. Para petinggi partai dan pejabat sering bermimpi Golkar mesti menang 100%. Mereka mencapai 100% dengan pelbagai cara. Mimpi tentu tak bakal terwujud.    

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X