Pengusaha Pertamini Butuh Perda

- Jumat, 14 Juni 2019 | 16:24 WIB

Pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Penjual Eceran Minyak (APEM) Kalimantan berharap keberadaan pom mini atau Pertamini bisa dilindungi peraturan daerah (perda). Meski disebut ilegal, bisnis ini dinilai penting sebagai perpanjangan tangan penjualan BBM ke masyarakat.

BALIKPAPAN – Terlebih saat ini anggota APEM di Balikpapan sudah mencapai 90 pedagang. Sedangkan untuk wilayah Kaltim ada sekitar 150 orang. “Ya saya akui Pertamini ini memang tidak berizin. Tapi keberadaan kami sangat penting bagi masyarakat. Terutama yang kesulitan mencari BBM,” ujar Ketua APEM Kalimantan, Harianto, Kamis (13/6).

Meski disebut ilegal, para pengusaha yang tergabung di dalam APEM berharap ada regulasi untuk pom mini dan nantinya bisa ditindaklanjuti menjadi peraturan daerah. Harianto mengakui isu Pertamini sedang ramai karena pemerintah sedang menertibkannya. “Beberapa anggota kami terkena razia Satpol PP Balikpapan. KTP ditahan. Dan nanti tanggal 20 Juni menghadiri sidang,” tuturnya.

Meski keberatan, pihaknya mengaku menerima. Ia bersama anggota lainnya berharap bisa duduk bersama pemerintah membahas keberadaan Pertamini. “Kalau duduk bersama kan kami bisa menyampaikan keluh kesah. Di Jawa, beberapa daerah sudah menerapkan perda untuk keberadaan Pertamini. Balikpapan bisa mencontohnya. Kami siap diatur. Namun untuk menutup usaha, tentu cukup merugikan. Toh, kami membantu (warga) khususnya di daerah yang jauh dari SBPU,” jelasnya.

Keberadaan Pertamini memang cukup membantu. Masyarakat yang tidak ingin mengantre di SPBU karena sedang terburu-buru bisa ke Pertamini. Apalagi di daerah yang jauh SPBU, seperti Lamaru atau Manggar dan Batakan. Tentu sangat terbantu.

Keberadaan pom mini di era maju sekarang ini tidak bisa dihindari. Apalagi pengusaha tidak melanggar karena menjual BBM nonsubsidi. “Kami menjual BBM nonsubsidi dan premium. Premium kan sekarang BBM penugasan bukan BBM bersubsidi,” tuturnya.

Dia yakin, pom mini bisa diberikan izin karena keberadaannya membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan BBM nonsubsidi di seluruh kecamatan di Balikpapan dan daerah lain di Kaltim. “Pom mini adalah bagian dari lembaga usaha yang bahkan membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran dan memeratakan pembangunan ke pelosok, melalui penyediaan BBM,” ujarnya.

Dari sisi keamanan, ia mengklaim sudah sangat detail. Setiap alat yang dijual sudah sesuai standar. “Kalau anggota kami alat yang dipakai harus sesuai standar untuk menjamin keamanannya,” imbuhnya.

Dispenser dan alat satu paket untuk Pertamini yang terstandar paling murah dibanderol Rp 70 jutaan. Itu sudah memiliki standar keamanan dari balai metrologi. Dan setiap unit, pihaknya memberikan satu unit apar. “Nah, kalau yang Rp 10 jutaan ke atas itu bukan standar kami. Ya kami juga tidak bisa melarang. Tapi yang di bawah APEM semuanya sudah sesuai standar. Ya kami tinggal di atur saja. Kami siap untuk itu. Bahkan kalau ada penakaran dari balai metrologi setiap tahun kami siap,” terangnya.

Terpisah, salah satu penjual Pertamini di Lamaru yang juga anggota APEM, Suparman mengaku dalam sehari mampu menjual sekitar 500 liter minyak. Terdiri dari premium, Pertalite, dan Pertamax. Harga dispenser dan alat yang ia punya sekitar Rp 80 juta. Saat ini ia mengaku belum kembali modal.

“Di daerah kami sangat susah mencari BBM. Lokasi SPBU hanya ada di Teritip dan Manggar. Itupun lebih banyak tutupnya. Tidak heran di kawasan Manggar, Lamaru, hingga Teritip, banyak Pertamini berdiri,” tuturnya. Untuk mengambil BBM, ia mengaku harus ke SPBU Gunung Bakaran atau Jalan Soekarno-Hatta Km 28.

Sementara itu, Akhmad Saukani, penjual BBM Pertamini di kawasan Manggar, mengatakan dalam satu hari bisa menjual sekitar 150 liter. Ia menjual Pertalite dan premium. “Ya sekarang saingannya banyak,” ucapnya.

Ia mengaku tidak keberatan terkena razia dari Satpol PP. KTP-nya diambil dan ia harus datang ke persidangan di tanggal 20 Juni nanti. “Saya pribadi mengharapkan ada solusi untuk kami para pengusaha kecil,” tutupnya.

Salah satu masyarakat yang mengisi BBM di Pertamini, Rifki mengaku sangat terbantu dengan pom mini ini. “Saya tinggal di Manggar, sulit BBM. Kalau di kota ya sempat saja membeli. BBM di Manggar ini kadang tutup. Ya dulu saya sering beli bensin eceran saja,” katanya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X