Cadangan Devisa Indonesia Turun Lagi

- Jumat, 14 Juni 2019 | 15:58 WIB

JAKARTA – Jumlah cadangan devisa (cadev) RI turun terus sejak April. Sampai akhir Mei lalu, cadev tercatat USD 120,3 miliar atau setara dengan Rp 1.718 triliun. Bulan sebelumnya, posisi cadev berada pada angka USD 124,3 miliar (sekitar Rp 1.775 triliun). Artinya, terjadi penurunan cadev Rp 63 triliun.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengatakan bahwa meski turun, posisi cadev masih aman. ”Itu setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” jelasnya kemarin (13/6).

Dia menambahkan, besaran cadev itu masih di atas standar kecukupan internasional untuk sekitar tiga bulan impor. Cadev tersebut juga masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.

Menurunnya cadev, menurut Onny, dipengaruhi kebutuhan pemerintah untuk pembayaran utang luar negeri. Juga, berkurangnya penempatan valas perbankan di Bank Indonesia (BI) sebagai antisipasi kebutuhan likuiditas. ”Ke depan, BI memandang cadev masih tetap memadai dengan dukungan stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” imbuhnya.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan bahwa penerimaan cadev yang signifikan bersumber dari utang luar negeri (ULN). Tepatnya, global bond dan hasil konsesi pertambangan. Sementara itu, pengeluaran utama cadev adalah pembayaran pokok dan bunga ULN pemerintah. ”Intervensi BI dalam menstabilkan nilai rupiah juga sangat berdampak terhadap cadev,” ungkapnya.

Piter mengatakan, Juni ini pemerintah kembali menerbitkan global bond. Artinya, akan ada tambahan penerimaan devisa yang besar. Apabila rupiah stabil, cadev Juni akan meningkat.

Sementara itu, ekonom Indef Eko Listyanto mengatakan bahwa selain pembayaran utang dan dividen, Lebaran memengaruhi turunnya cadev. Itu disebabkan adanya tren peningkatan impor untuk mencukupi kenaikan permintaan barang pada bulan puasa dan Lebaran. ”Jadinya kebutuhan valas naik. Padahal, penerimaan valas dari ekspor turun,” ungkapnya. (ken/nis/c6/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X