Lebaran Berkawan Air

- Jumat, 14 Juni 2019 | 14:39 WIB

ADA nuansa berbeda pada Idulfitri 1440 Hijriah di Kaltim. Beberapa wilayah di provinsi ini ditimpa bencana banjir. Beberapa hari menjelang Lebaran. Bontang lebih awal ketiban banjir besar.

Banyak masyarakat yang tidak siap karena tidak pernah terjadi sebelumnya di kota penghasil pupuk tersebut. Sebagian besar masyarakat terdampak banjir, saat mempersiapkan diri menyambut Lebaran. Ternyata air dalam jumlah besar lebih dahulu menyapa mereka sebelum gema takbir.

Keceriaan berubah menjadi kesedihan saat Idulfitri tiba. Sebagian umat muslim bahkan diungsikan dari rumah yang harusnya menjadi tempat kegembiraan mereka tumpah bersama sanak keluarga dan handai taulan. Wajah-wajah yang awalnya sudah membayangkan sungkeman yang diiringi tangis bahagia berubah menjadi wajah-wajah basah air mata.

Sempat cerah pada hari H Lebaran. Sebagian wilayah Samarinda akhirnya diguyur hujan dengan intensitas tinggi setelah salat Id. Akibatnya, tempat-tempat yang rendah di sekitar aliran yang terhubung dengan Waduk Benanga di Samarinda tergenang air dan melumpuhkan aktivitas penduduk yang terkena musibah.

Senasib dengan tetangganya, penduduk yang terkena musibah tidak bisa merayakan suasana Lebaran dengan kegembiraan. Hari-hari saat hari raya yang harusnya mereka nikmati dengan menyantap hidangan-hidangan Lebaran, berganti makanan uluran bantuan warga lain yang berempati atas musibah. Sembari menunggu rumah mereka yang terendam air.

Banyak perabotan mereka yang terpaksa harus diikhlaskan. Benda-benda dan surat berharga yang tidak sempat diselamatkan. Ijazah-ijazah tanda bukti perjuangan pendidikan, piagam-piagam bukti penghargaan yang tak sempat terselamatkan, luntur terendam air.

Lebaran mereka ditemani air. Campuran air banjir dan air mata. Mata yang seharusnya menatap pemandangan riang, yang tersisa hanyalah genangan air di segenap penjuru rumah, halaman, dan jalan depan rumah. Rumah mereka terlihat seperti dibangun di atas air.

BAHAGIAKANLAH MEREKA

Cerita tentang banjir Bontang dan Samarinda merupakan sebagian dari ribuan cerita lain dari masyarakat Tanah Air yang tidak bisa merayakan Idulfitri dengan gelimangan makanan serta pakaian baru.

Saudara-saudara yang berada di lereng gunung yang menunjukkan aktivitas vulkaniknya juga merasakan hal serupa. Waswas, sedih, dan harus mengungsi. Di luar negeri, tidak sedikit muslim yang berlebaran di pengungsian yang serba terbatas. Ada pula yang Lebaran mereka diakrabkan dengan desingan peluru dan dentuman rudal yang setiap saat mengintai mereka karena negara mereka dalam suasana perang.

Banyak saudara muslim lain yang tidak dapat merayakan Idulfitri dengan kebahagiaan, karena keterbatasan ekonomi dan sebab lain. Saya yakin masih ada cerita tentang anak-anak yang merengek minta dibelikan pakaian baru. Tetapi orangtuanya tidak berdaya membelikannya dan hanya menghibur dengan ucapan. “Pakai saja pakaian lama, masih bagus kok! Sabar ya Nak. Bapak belum ada rezeki membeli baju dan sepatu baru.”

Saya juga percaya masih ada seorang ibu yang bekerja meninggalkan anaknya yang masih bayi di rumah. Itu dilakukan untuk mengais rezeki saat Lebaran karena majikannya memerlukan pembantu yang masih pulang kampung.

Tidak sedikit saudara-saudara kita berlebaran di jalan diiringi debu jalanan. Karena harus tetap mencari rezeki di perempatan-perempatan dan pinggir jalan menjajakan makanan serta minuman mineral. Bagi mereka mempertahankan hidup lebih penting dari merayakan Idulfitri yang tidak bisa mereka gapai.

Untuk itulah agama hadir dengan ajaran yang mulia. Allah memerintahkan agar berbagi dengan sesama. Agar semua bisa berbahagia pada Lebaran. Kewajiban zakat dan perintah berbagi harta lainnya melalui media infak dan sedekah dimaksudkan untuk mengeliminasi atau paling tidak mengurangi orang-orang yang tidak bisa berbahagia pada hari kemenangan.

Rasulullah adalah contoh terbaik yang secara konkret membantu dengan segenap sumber daya yang dimiliki. Membuat masyarakat lain berbahagia dengan membagikan harta yang dimiliki. Tidak hanya pada Ramadan, tetapi sebelas bulan berikutnya, konsisten sebagai manusia yang murah hati dan selalu berbagi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X