Ekonomi ke Depan Lebih Baik, Inflasi Mei Terkendali

- Selasa, 11 Juni 2019 | 16:30 WIB

JAKARTA – Inflasi selama Ramadan tahun ini cukup terkendali. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Mei lalu 0,68 persen secara bulanan. Secara tahunan, inflasi tercatat 3,32 persen. Jika dilihat secara kumulatif, sejak Januari hingga Mei, inflasi tercatat 1,48 persen. ’’Dengan memperhatikan target inflasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) 3,5 persen, bisa saya simpulkan inflasi Mei terkendali,’’ ujar Kepala BPS Suhariyanto kemarin (10/6).

Inflasi pada Ramadan yang jatuh pada Mei 2019 memang lebih tinggi daripada inflasi pada Mei 2018 yang 0,37 persen. Menurut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, inflasi pada Mei 2019 lebih tinggi lantaran pada 2018 Ramadan jatuh mulai minggu ketiga Mei, sedangkan pada 2019 Ramadan jatuh pada pekan pertama Mei.

Perbedaan permulaan Ramadan itu turut membuat laju inflasi menjadi berbeda antara Mei 2018 dengan 2019. Pada Mei 2019 disumbang kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi 2,02 persen secara bulanan. Beberapa komoditas yang mengalami inflasi adalah cabai merah, daging ayam ras, bawang putih, ikan segar, dan sayuran.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, inflasi Mei lebih tinggi daripada perkiraan survei pemantauan harga yang dilakukan BI, yakni 0,47 persen. ’’Ternyata memang ada beberapa komoditas seasonal lebih tinggi daripada perkiraan,’’ ungkap Perry kemarin (10/6). BI meyakini inflasi akan rendah dan terkendali dengan perkiraan mendekati 3,2 persen atau 3,1 persen sampai akhir tahun.

’’Kita melihat ekonomi ke depan lebih baik, nilai tukar juga stabil dan cenderung menguat,’’ imbuhnya. Selain optimistis inflasi terkendali, BI juga meyakini sistem keuangan akan terjaga melalui koordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). ’’Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan 5 sampai 5,4 persen,’’ jelasnya.

Tertinggi di Sumenep

Sementara itu, inflasi Mei di Jatim tercatat 0,29 persen. Salah satu komoditas yang memicu terjadinya inflasi adalah daging ayam ras. Kepala BPS Jatim Teguh Pramono menuturkan, inflasi tertinggi terjadi di Sumenep 0,69 persen, sedangkan terendah di Kota Kediri 0,05 persen. ’’Kalau dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok di antaranya mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi,’’ paparnya kemarin (10/6). Kelompok bahan makanan mengalami inflasi tertinggi 0,68 persen.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo menambahkan, komoditas daging ayam menempati urutan teratas dari sepuluh komoditas penyumbang inflasi. Pada Mei lalu, harga rata-rata daging ayam ras di Jatim Rp 34.588 per kilogram (kg) atau naik 5,92 persen jika dibandingkan denga April Rp 31.968 per kg.

Dari pantauan di delapan kota, rentang harga daging ayam ras pada Mei mulai Rp 32.357 per kg hingga Rp 36.862 per kg. ’’Kenaikan itu karena permintaannya menjelang Lebaran tinggi,’’ terangnya. Selain daging ayam ras, komoditas yang menyumbang inflasi, antara lain, angkutan antarkota, apel, gula pasir, telur ayam ras, kentang, cabai merah, kelapa, anggur, dan wortel. (rin/nis/res/c22/oki)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB

Desa Wisata Pela Semakin Dikenal

Selasa, 16 April 2024 | 11:50 WIB

Pekerjaan Rumah Gubernur Kaltim

Selasa, 16 April 2024 | 09:51 WIB

Usulkan Budi Daya Madu Kelulut dan Tata Boga

Selasa, 16 April 2024 | 09:02 WIB
X