Pentingnya Liburan bagi Keluarga

- Senin, 10 Juni 2019 | 12:38 WIB

Momen liburan selalu dinantikan. Lingkungan yang paling dekat untuk melakukan liburan bersama adalah keluarga. Namun, tak jarang ada keluarga yang menganggap liburan hanya sekadarnya. Padahal liburan apalagi jika dilakukan bersama keluarga, memiliki dampak psikis yang berkaitan dengan hubungan keluarga.

 

PSIKOLOG klinis, Yulia Wahyu Ningrum mengungkapkan jika liburan merupakan kebutuhan dan menjadi agenda penting. Menjalani rutinitas monoton akan membuat anak dan orangtua tertekan. Dari sisi psikologis, liburan bisa dikatakan wajib minimal dilakukan setahun sekali.

Waktu yang sebentar tak masalah, asalkan bisa dinikmati tanpa disertai aktivitas membebani. Jika dari pihak orangtua masih mengurus pekerjaan, menurut Yulia hal itu bukan liburan. Justru hanya terkesan seperti pindah tempat dan membuat anak-anak bosan.

“Liburan bisa lebih mendekatkan hubungan antar anggota keluarga. Anak bisa sepenuhnya mendapat perhatian orangtua tanpa ditinggal untuk urusan pekerjaan. Mereka sama-sama bisa menikmati suasana dan mencoba hal baru yang sebelumnya tidak pernah dilakukan,” ungkap Yulia.

Manfaat liburan sangat berpengaruh terhadap psikis. Mungkin, bagi sebagian orang hal itu tak langsung terlihat. Namun, efek yang didapat bisa dirasakan melalui badan yang lebih rileks, fokus, dan mudah mempertahankan konsentrasi. Ikatan emosional antar anggota keluarga lebih meningkat. Terkhusus anak-anak dibawah usia empat tahun, kemampuan kognitif akan terasah karena stimulasi tempat dan suasana baru. Serta menambah referensi kosakata dalam kehidupannya.

“Liburan tidak bisa asal dan dadakan. Jadi, memang harus sejak jauh-jauh hari direncanakan agar ke depannya tidak kecewa. Persepsi jika liburan itu adalah hal yang ribet ya karena tidak direncanakan dengan baik. Baiknya buat daftar mengenai apa saja yang akan dilakukan. Kalau pun meleset, setidaknya tak terlalu banyak perubahan dari rencana semula,” lanjut perempuan kelahiran 1980 itu.

Sekarang, dikenal istilah staycation yang merujuk pada menghabiskan masa liburan di tempat yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal atau justru hanya di rumah. Hal ini cukup efektif sebagai alternatif liburan jika tidak bisa pergi dengan jarak jauh.

Banyak aktivitas yang bisa dilakukan bersama. Seperti bersepeda keliling komplek rumah, bermain beberapa permainan, bahkan sekadar makan bersama. Meski hanya di rumah, rencana kegiatan juga harus ada. Jika tidak, dikhawatirkan para anggota keluarga khususnya anak-anak cenderung akan melakukan aktivitas lain seperti menonton TV hingga bermain gim yang waktu dan permainannya tidak bisa dikontrol oleh orangtua.

Sebagian orang ada yang mengaku merasa depresi karena tidak pernah merasakan liburan bersama keluarga sejak kecil hingga dewasa. Padahal, perawatan jiwa itu penting. Beruntung, tempat wisata sudah banyak tersebar. Liburan tak melulu harus terorganisir dengan hal-hal tertentu. Justru, yang menjadi faktor utama adalah mencoba hal baru.

“Ketika liburan, orangtua harus memahami kemampuan anak dan dirinya sendiri. Cari tempat yang aman. Anak yang lebih tua bisa diberi tanggung jawab menjaga adiknya dan orangtua harus tetap waspada,” ungkap psikolog yang telah berkarier selama 11 tahun itu.

Pilih liburan sesuai usia anak-anak dan kesenangannya. Hal itu akan berpengaruh pada imajinasi yang semakin berkembang. Baiknya, agar liburan tidak membosankan harus dinikmati dengan ceria. Jika liburan masih menyertakan aturan yang kaku dan orangtua tak bisa mengontrol emosi, akan percuma. Budaya berlibur yang benar akan menjadi persepsi yang akan dibawa anak hingga dia dewasa dan berumahtangga. Liburan yang teratur biasanya lebih mudah mengontrol emosi. (*/ysm*/rdm2)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X