GIRI MENANG-Pawai takbiran malam Lebaran Idul Fitri di Kabupaten Lombok Barat (Lobar) begitu meriah. Sepuluh kecamatan yang ada di Lobar menggelar lomba pawai takbiran yang diikuti perwakilan dari desa. Menariknya, di Kecamatan Narmada, tak hanya warga muslim saja yang ternyata ikut memeriahkan pawai takbiran. Warga umat hindu justru tahun ini ikut terlibat iring-iringan pawai.
“Saya sangat terharu melihat teman-teman umat Hindu bergabung saat pawai takbiran di kecamatan. Ini menjadi barometer bagaimana kerukunan umat beragama di Narmada,” terang Camat Narmada Baiq Yeni Satriani Ekawati kepada Lombok Post Jumat (7/6).
Satu-satunya Camat perempuan di Lobar ini mengaku lomba pawai takbiran merupakan agenda rutin tahunan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Panggung kehormatan tahun ini dibangun di depan Kantor Desa Narmada.
“Sore hari saat membuat panggung, salah seorang tokoh agama umat hindu dari Dusun Gandawari Desa Narmada mewakili warga menyampaikan keinginannya untuk ikut pawai takbiran. Ya, akhirnya mereka kami terima, kenapa tidak?” ujar Yeni, sapaannya.
Ia mengaku ini menjadi momen yang tepat untuk menunjukkan kepada generasi muda di Narmada, Lombok Barat dan NTB umumnya. Bagaimana toleransi yang sesungguhnya antar umat beragama. Terlebih, di Narmada toleransi ini sudah terbangun kuat berabad-abad. “Bahkan ada tempat pertemuan teman-teman umat hindu yang biasa digunakan juga oleh warga kita yang muslim untuk posyandu atau kepentingan lain,” bebernya.
Sehingga, ini bukan menjadi hal yang baru di Narmada. Namun belakangan ia tidak menyangka foto umat hindu yang ikut melakukan pawai takbiran viral di media sosial. Tidak hanya di kalangan pengguna media sosial di wilayah NTB tetapi luar daerah ikut menggunggah dan memperbincangkan persoalan ini. “Ternyata di Sulawesi ada juga yang unggah di instagram,” ucapnya tersenyum.
Yeni mengakui beberapa pihak sempat mengkonfirmasinya terkait kebenaran info ini. Mengingat saat ini masyarakat memang sulit membedakan mana informasi yang benar dan hoax. “Ya saya sampaikan kepada siapapun yang bertanya itu memang benar adanya terjadi di Narmada,” jelasnya.
Malam itu, Yeni mengaku begitu bahagia melihat ribuan warga Desa Narmada tumpah ruah merayakan pawai takbiran selepas salat isya. Kebahagiaan itu makin lengkap ketika ia melihat sejumlah warga umat hindu menggunakan pakaian adat Bali mengikuti pawai takbiran. Mereka membawakan musik tradisional Bali, peleganjur lengkap dengan iringan Bendera Tunggul, Payung dan Spanduk.
Tokoh Pemuda Dusun Gandari, I Ketut Suweca mengaku keikutsertaannya bersama warga umat Hindu lainnya merupakan pengalaman luar biasa. “Ini juga baru pertama kali untuk warga Dusun Gandawari ikut. Jadi, anak-anak, remaja, bahkan ibu-ibu pun ada yang berpartisipasi,” ucapnya.
Ia berterima kasih karena umat Hindu dalam acara ini disambut baik panitia. Mereka bahkan diberikan barisan depan iring-iringan pawai. I Ketut Suweca mengaku, selain untuk menunjukkan toleransi antar umat beragama, dirinya bersama warga dan tokoh masyarakat sengaja ambil bagian dalam kegiatan ini sebagai bentuk dukungan untuk mewujudkan Desa Narmada menjadi Desa Wisata yang toleran. Ramah kepada siapa saja.
“Kami berharap Dusun Gandawari bisa menjadi contoh kerukunan antar umat beragama untuk menciptakan kedamaian. Semoga bisa memeriahkan acara takbiran di setiap tahunnya, dan selalu saling menghormati satu sama lain,” harapnya.
Dari pantauan Lombok Post, foto umat hindu yang mengikuti pawai takbiran ini dibagikan ribuan pengguna akun Facebook. Belum termasuk media sosial instagram hingga twitter. Berbagai komentar ditulis netizen di kolom komentar. Misalnya akun facebook Muhammad Busyairi. “Luar biasa saudaraku non muslim, ini menandakan kita saudara, terima kasih saudaraku Hindu di Gandari,” tulisnya. (ton)
