Adi Santoso, Resign demi Hijrah dan Kembangkan Usaha

- Selasa, 4 Juni 2019 | 11:25 WIB

Hidup adalah proses. Bertumbuh dan berkembang. Itulah yang menggambarkan Adi Santoso. Lahir dari keluarga sederhana, sulung dua bersaudara itu tak malu menjajakan makanan sejak SMA hingga masuk kuliah. Sejak merintis usaha pakaian perempuan dua tahun lalu, Adi menjual lebih dari 6000 jilbab setiap jelang lebaran. Omzetnya ratusan juta per bulan.

 

KINI pengikutnya di Instagram sudah mencapai 71 ribu akun. Posisi toko yang terletak di jantung kota membuatnya tak pernah sepi. Apalagi momen Ramadan. Tiap usai salat Tarawih, parkiran Najwan Shop begitu ramai.

Adi Santoso dulunya pegawai bank konvensional. Dia memilih resign. Alasannya sederhana, ingin hijrah. Dari situlah perjalanannya dimulai. “Saat itu 2016,sempat ragu karena tidak ada pekerjaan lain ketika berhenti kerja. Namun, bermodal nekat seraya berdoa memohon untuk dibukakan pintu rezeki lainnya, saya semakin mantap,” ucapnya.

Setelah beberapa bulan resign, kondisi ekonomi keluarga semakin menurun. Sedangkan dapur harus tetap mengepul. Sang adik tetap harus sekolah. “Saya memutuskan berjualan baju khusus laki-laki,” bebernya.

Usahanya tak berjalan mulus. Bahkan, modal yang dikeluarkan hangus sia-sia. Meski modalnya tidak seberapa, namun baginya sangat berharga jika digunakan untuk makan bersama keluarga.

“Modalnya Rp 200 ribu. Menurut saya pada saat itu, uang Rp 200 ribu sudah banyak banget. Apalagi dengan kondisi ekonomi seperti itu. Sempat kecewa dan marah, sampai menyesal,” paparnya.

Akhirnya, Adi memutuskan membantu usaha butik milik temannya, Nita dan Heady. Tugasnya melayani pengunjung dan merapikan bongkaran barang yang baru datang. Saat itulah pintu rezeki Adi terbuka perlahan.

“Dalam hidup setiap orang, saya yakin selalu ada orang yang teristimewa dan berjasa. Selain orangtua, Nita dan Heady sangat membantu saya. Enggak pelit ilmu, dari mereka saya belajar banyak,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.

Hingga suatu hari, pria kelahiran 1991 itu meminta izin kepada kawannya. Dia ingin menitipkan beberapa potong jilbab untuk dijualkan. Balasannya, Adi melakukan pekerjaan tanpa imbalan.

“Mereka sempat menolak, karena tetap mau kasih bayaran. Tapi, di sisi lain saya kukuh buat bantu tanpa imbalan. Setidaknya hanya itu yang bisa saya lakukan untuk mengucapkan terima kasih karena sudah diberi izin,” bebernya kemudian tersenyum.

Pada minggu pertama, jilbab miliknya nyaris tidak ada yang laku. Namun, Nita dan Heady tetap memberi semangat juga masukan. Bahkan, di sela-sela waktu istirahat, Adi diizinkan mempelajari, memilah-milih kain jilbab berkualitas dan tentunya up to date.

Masuk minggu ketiga, perlahan pelanggan mulai melirik jilbab yang dia titipkan. Dari keuntungan penjualan itu, Adi mulai membuka butik sendiri. Tepat bersebelahan dengan milik Nita dan Heady.

“Merasa sudah mampu berdiri sendiri, saya memutuskan sewa ruko kecil. Awal membukanya pun saya masih meminta saran dan bantuan mereka,” ujarnya. Waktu terus bergulir, pada 2017 awal, Najwan Shop resmi berdiri. Adi berkomitmen fokus pada fesyen perempuan khususnya hijab. Sebab, dia merasa pada busana perempuan, Tuhan mengantarkan rezeki.

Alhamdulillah, berawal dari menumpang kini bisa menyokong karyawan yang mencari rezeki. Bermodalkan sahabat yang luar biasa baik, kini saya bisa menghasilkan ratusan juta setiap bulannya,” pungkasnya. (*/nul*/rdm2)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X