Ritual mudik identik dengan perjuangan. Mempersiapkan libur, memburu tiket, hingga membelah kemacetan. Namun, bagi orang-orang di bawah ini, mudik bisa dilakukan dengan penuh gaya.
Taufiqurrahman
Agfi Sagittian
Virdita Rizki Ratriani, Jakarta
======================
SUATU waktu di grup para pencinta kereta api ada pengumuman beredar bahwa pemerintah akan meluncurkan kereta api Sleeper Luxury generasi kedua. Radar pencinta kereta api milik Rizki Kurniawan, pemuda 27 tahun asal Kediri Jawa Timur langsung menyala.
Bagi Rizki dan mungkin sebagian besar para pencinta kereta api yang lain, menjajal kereta jenis baru hukumnya wajib. Semacam kebanggaan tersendiri. “Saya dulu nyobain kereta prioritas, kereta luxury yang pertama juga pernah,” kata Rizki sambil menaiki tangga menuju area pemberangkatan Stasiun Gambir kemarin (29/5).
Rizki sore ini akan menaiki kereta Gajayana dengan relasi Jakarta-Malang. Rute terjauh di antara yang lain. Tiketnya pun “lumayan”. Rizki harus mengeluarkan Rp 1 juta untuk sekali jalan. Waktu tempuh kira-kira 15 jam. Apa tidak kemahalan? “Kalau sudah pengin nyobain, pasti beli. Istilahnya, khilaf. Kayak khilafnya orang beli gundam hehe,” katanya sambil tertawa.
Apakah Rizki naik kereta dalam rangka mudik? Jawabannya iya dan tidak. Jadi ceritanya, Rizki membeli tiket untuk tanggal 29 karena banyak orang mengira cuti bersama akan diberlakukan pemerintah mulai tanggal itu.
Sebab, hari Kamisnya, tanggal 30 Mei adalah hari libur alias tanggal merah. Maka seharusnya, Jumat adalah hari kejepit nasional sehingga hampir dipastikan libur. “Tapi ternyata pengumumannya Jumat masih masuk kerja wkwkwk,” tutur pria yang bekerja di Kementerian Keuangan ini.
Jadi sore ini Rizki berangkat, besok pagi (hari ini) jam 8 sampai ke Kediri. Pulang ke rumah, meletakkan tas dan barang-barang, lalu sorenya berangkat lagi ke Jakarta naik pesawat.
”Kalau tiketnya eksekutif ya mungkin saya batalin saja. Tapi ini kan luxury, jadi sayang. Sekalian memulangkan barang-barang dan njajal kereta baru. Kalau di antara komunitas pencinta kereta api, istilahnya joyride,” tuturnya.
Kereta berangkat meninggalkan Stasiun Gambir tepat saat waktu berbuka. Irma Anjani Vaulina, ditugaskan sebagai pramugari kereta api (prami) khusus gerbong luxury, sejak penumpang naik tadi, gadis 21 tahun ini sudah sibuk membagikan bantal dan selimut. Kini ketika kereta sudah beberapa lama menggelinding, dia berkeliling membagikan minuman dan snack. “Nanti ada satu kali pembagian snack dan minuman gratis,” tuturnya.
Di pojok belakang gerbong luxury ini adalah semacam mini bar tempat minuman dan snack. Jadi penumpang kelas luxury tidak perlu repot berjalan menuju gerbong restorasi. “Nanti juga ada pembagian makan sekali. Tapi kalau mau nambah ya harus ke restorasi,” katanya.
Irma selalu standby di gerbong Luxury. Tidak “jalan-jalan” seperti prami yang lain. Penumpang luxury punya tombol “minta perhatian” alias attendance call untuk memanggil Prami seperti Irma. Mirip tombol pemanggil pramugari di pesawat terbang.