Kurang Tidur Berujung Emosional

- Minggu, 26 Mei 2019 | 13:55 WIB

KURANG tidur pasti akan mengakibatkan kelelahan namun akan merembet pada hal-hal kecil lainnya dan berpengaruh pada sisi psikologis. Seperti tidak fokus saat melakukan sesuatu, ceroboh, dan sering lupa. Psikolog klinis Ayunda Ramadhani mengungkapkan jika orang kurang tidur biasanya cenderung mudah marah dan emosional.

“Mereka yang cenderung emosional karena kurang tidur karena ada fluktuatif emosi yang kadang-kadang bergerak cepat. Akhirnya, tak hanya aspek emosi tapi juga pengaruh kepada aspek kognitifnya. Produktivitas kerja pun akan terganggu dan menurun,” ungkap perempuan 36 tahun itu.

Menurut Ayunda, tuntutan pekerjaan juga bisa menambah beban seseorang jadi lebih emosional. Contohnya, para pekerja yang kondisi fisiknya sudah lelah namun harus menyelesaikan pekerjaannya. Bagaimanapun juga, tidur adalah hal penting. Secara prinsip, tidur adalah kondisi saat Anda kembali mengisi daya pada tubuh.

“Waktu selama 7-9 jam perhari harus dipenuhi setiap harinya. Kalau memang tidak sempat, pastikan Anda mengambil celah untuk istirahat dengan melakukan power nap di siang hari. 15-30 menit pun sudah cukup. Terutama bagi para pekerja yang biasanya dituntut untuk lembur dan keesokan harinya sudah dihadapi dengan pekerjaan baru. Akhirnya, ini kan menjadi pola kebiasaan. Power nap bisa dilakukan,” jelas dosen program studi Psikologi Unmul tersebut.

Sederhananya, power nap adalah tidur siang singkat yang berfungsi mengembalikan kebugaran tubuh secara cepat. Walhasil, dampak-dampak negatif terkait kurang tidur akan berkurang. Hasilnya akan terlihat signifikan. Tubuh lebih segar dan produktivitas kembali normal. Bahkan, beberapa studi penelitian mengungkapkan jika power nap sangat penting.

Sayangnya, beberapa orang masih menyepelekan waktu tidur. Hal itu berpotensi memicu gangguan tidur yang lebih serius, insomnia. Sejatinya, suatu gangguan mesti dimulai dari pola atau kebiasaan buruk sebelumnya. Tak hanya soal pekerjaan yang menuntut, tapi faktor dari gangguan tidur juga bisa muncul karena kecemasan atau memiliki gangguan lain sebelumnya.

“Bicara gangguan tidur, hal ini sudah jauh lebih serius dibanding susah tidur biasa. Kalau sudah seperti itu, memang butuh pertolongan dan ditangani langsung oleh ahlinya seperti psikiater dan psikolog klinis,” jelas Ayunda.

Beda hal bagi yang keluhannya hanya susah tidur. Ayunda menyarankan untuk melakukan beberapa modifikasi. Manajemen waktu dibutuhkan. Buatlah jadwal yang teratur demi menghindari pekerjaan menumpuk ketika deadline. Sehingga tak berdampak pada waktu tidur.

Ayunda menyarankan, jika merasakan perbedaan pada tubuh atau merasa lebih mudah emosi, baiknya cek lagi kualitas tidur. Anda bisa mengubah suasana kamar dengan cara mematikan lampu atau meredupkannya. Dari situ, akan muncul hormon melatonin yang bekerja saat Anda tidur dan membuat tidur lebih berkualitas. Jika terbiasa tidur dengan cahaya, baiknya mulai kurangi kebiasaan. Ubahlah secara pelan dan bertahap. (*/ysm*/rdm)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X