SAMARINDA–Jalur zonasidalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) jadi salah satu cara agar calon siswa tidak bersekolah terlalu jauh dari rumah. Buktinya, dalam PPDB tahun ini, zonasi meraup porsi hingga 90 persen. Sayang, sistem itu tidak ditunjang dengan sarana-prasarana sekolah yang memadai.
Salah satu yang krusial tapi belum jamak tersedia di sekolah ada jaringan internet. Sebab, beberapa sekolah di antero Kota Tepian masih belum mampu melaksanakan PPDB dengan basis dalam jaringan (daring/online).
Menurut Kabid Pembangunan SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Barlin H Kesuma, kondisi itu membuat suasana membeludak setiap PPDB dibuka. Bahkan, menurutnya, terlalu jauh berbicara penyediaan jaringan internet. Hal penunjang seperti komputer pun belum semua sekolah punya. “Ini tantangan, apalagi tahun ini saja ada perbedaan juknis (petunjuk teknis) dengan tahun lalu. Masih ada satu sekolah yang siswanya masih menumpuk,” ungkap dia.
Penumpukan jumlah siswa tersebut membuat jumlah rombongan belajar (rombel) alias jumlah siswa dalam sebuah kelas melewat angka ideal. Sejatinya, dalam setiap rombel atau kelas, idealnya hanya ada 32 siswa. Karena itu, dia berharap pemkot bisa menyokong upaya pemutakhiran sistem PPDB ini agar kemudian bisa merata di seluruh sekolah ibu kota provinsi. “Yang penting sesuai standar pengajaran. Satu kelas 32 siswa," tutupnya.
Dikonfirmasi terpisah, Wali Kota Syaharie Jaang berjanji akan mengakomodasi pemenuhan sarana pendidikan di APBD Perubahan 2019. Sehingga, pada 2020 ada kegiatan rehabilitasi total di sekolah-sekolah. “Sapras penunjang harus dilengkapi. Pendidikan penting,” ujarnya. Dia pun menyarankan sekolah yang memiliki ruang luas, menambah jumlah kelas. “Jadi, rombelnya bisa ditambah," imbuh dia. (*/dq/ndy/k16)
