Tes Tersulit, Perdana Ikuti Kompetisi Level Tertinggi

- Jumat, 24 Mei 2019 | 13:32 WIB

Siapa bilang tenaga pengajar lokal kalah bersaing dengan luar Kalimantan. Fera Setyawan membuktikan diri sebagai sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dia mampu bersaing dan merebut juara OGN SD 2019 di bidang matematika.

DINA ANGELINA, Balikpapan

TIDAK hanya menumbuhkan jiwa kompetitif pada siswa melalui ajang olimpiade. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga menggelar kompetisi serupa untuk jenjang guru. Bertajuk olimpiade guru nasional (OGN), tahun ini dibuka satu cabang kompetisi baru, matematika. Di mana, sebelumnya OGN SD hanya memiliki satu bidang yaitu tematik.

Kesempatan langka yang tidak akan dilewatkan Fera Setyawan. Guru yang sudah malang-melintang membimbing siswa olimpiade matematika ini ikut tertarik menjajal kompetisi. Semangat pantang luntur meski harus banyak tantangan dan tahapan yang dia lewati. “Pengalaman pertama ikut OGN, cabang lomba matematika baru tahun ini dilombakan,” ucapnya.

Awan --sapaan akrabnya-- bercerita, ada tiga tahapan seleksi untuk bisa meraih gelar juara. Mulai seleksi tingkat kota, provinsi, hingga nasional. Menurutnya tidak ada kesulitan berarti pada seleksi tingkat kota. Dia berhasil terpilih mewakili Kota Minyak bersaing dengan kompetitor dari berbagai daerah di Benua Etam.

Selanjutnya seleksi tingkat provinsi, prosesnya berlangsung 2 April di kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim di Samarinda. Di sana, Awan harus menghadapi sekitar belasan orang perwakilan setiap daerah yang beradu dalam cabang matematika. Kerja keras tidak sia-sia. Dia terpilih dan lolos seleksi menuju kompetisi final alias nasional.

Awan berkompetisi dengan 34 orang perwakilan provinsi. Serta enam orang yang berkompetisi via online. Totalnya ada 40 orang kompetitor di cabang matematika. Kegiatan berlangsung selama 29 April – 3 Mei. Selama lima hari mengikuti tahapan final, Awan melewati berbagai macam tes. Dia tidak hanya dituntut menguasai satu perlombaan.

 “Tahapan tes sampai tiga kali. Tingkat kesulitan cukup besar dibanding kompetisi lain,” imbuhnya. Misalnya dari hari pertama, peserta melakukan ujian tes tulis yang berisi pengetahuan matematika dan pedagogik. Selanjutnya pada hari kedua, peserta harus membuat media pembelajaran secara langsung.

 “Kesulitannya karena materi acak, tidak tahu media apa yang harus dibuat. Baru tahu saat sudah dapat soal,” tuturnya. Terakhir, presentasi tentang ide media pembelajaran. Awan memilih presentasi untuk bangun datar. Di mana, satu media bisa menjelaskan berbagai konsep sekaligus.

Tidak seperti media pembelajaran yang sudah ada, biasanya satu media hanya untuk satu konsep. Awan membuat media pembelajaran yang multi fungsi. Media buatannya bisa menjelaskan luas, sudut, dan bangun. Tantangannya peserta hanya mendapat modal berupa kertas karton, gunting, dan lem. “Panitia memberikan waktu 3 jam untuk membuat media pembelajaran langsung,” jelasnya.

Kemudian panitia mengakumulasikan seluruh nilai dari tiga tahapan tes. Sehingga tiga peraih nilai tertinggi langsung ditentukan sebagai juara I, II, dan III. Adapun juara I diraih oleh guru asal Surabaya. Kemudian Awan yang menempati posisi II. Serta juara III dari Bangka Belitung.

Alumnus S-1 Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang itu menuturkan, kesulitan yang rasakan adalah karena baru pertama kali mengikuti OGN. Cabang matematika baru tahun pertama digelar dan belum ada gambaran teknis perlombaan. Baik soal tes hingga kompetitor tersulit. Bahkan yang keluar sebagai pemenang juga di luar ekspektasinya.

Awalnya dia memprediksi kompetitor yang kuat dari Jakarta dan Jawa Tengah. Berdasarkan pengalamannya mengikuti beragam ajang perlombaan, OGN merupakan kompetisi tersulit dan level tertinggi. Sebab perlu melewati berbagai tahapan dan materi lomba yang luas.

Contoh untuk tes tulis saja, Awan sempat menemukan materi pelajaran SMA. Padahal sehari-hari tidak dia temukan selama menjadi guru SD. “Mungkin karena standarnya tinggi. Jadi ini tingkat kesulitannya besar. Peserta harus siapkan semua materi,” ujarnya.

Tepat sepekan sebelum mengikuti OGN, Awan juga mencoba olimpiade guru matematika (OGM). Dia berhasil meraih juara I pada kompetisi yang diselenggarakan oleh Klinik Pendidikan MIPA (KPM). Menurutnya, tingkat kesulitan OGM berbeda dengan OGN. Tidak ada tahapan tes, cukup satu kali perlombaan. Namun jumlah pertanyaan lebih banyak dan waktu sedikit.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X