Huawei Tak Takut, Ren: Jangan Remehkan Kami

- Rabu, 22 Mei 2019 | 11:43 WIB

BEIJING – Pendiri Huawei Ren Zhengfei buka suara terkait dengan blokir yang dilakukan penyuplai teknologi dari AS. Menurut dia, produsen ponsel terbesar kedua di dunia itu tak akan goyah hanya karena tekanan Presiden Donald Trump. Sayang, banyak investor dan pengamat ekonomi yang meragukan klaim tersebut.

Saat diwawancarai media lokal kemarin (21/5), Ren memilih tak ambil pusing terhadap keputusan berbagai perusahaan teknologi dari AS. Menurut dia, tak ada proyek perusahaan yang akan terhenti. Terutama pengembangan jaringan telekomunikasi 5G di level global. ’’AS sepertinya terlalu meremehkan kekuatan kami. Soal teknologi 5G, tak ada yang bisa mengejar kami dalam dua atau tiga tahun ke depan,’’ tegasnya menurut Agence France-Presse.

Berbeda dengan Huawei, pemerintah AS justru bersikap sedikit melunak. Setelah banyak perusahaan teknologi mengumumkan tindak lanjut mereka, Kementerian Perdagangan justru mengeluarkan penangguhan. Penangguhan itu mengizinkan perusahaan AS untuk tetap berbisnis dengan Huawei selama 90 hari ke depan.

’’Izin sementara tersebut kamu keluarkan agar perusahaan bisa memperkirakan dampak jangka panjang,’’ ungkap Menteri Perdagangan Wilbur Ross.

Pemerintah AS sepertinya kelabakan melihat kondisi industri teknologi pasca pemblokiran. Sehabis pengumuman, saham-saham industri teknologi anjlok. Saham Alphabet, induk usaha Google, turun 2 persen. Saham produsen cip dan peranti keras ponsel ikut merosot. Logika para investor, kehilangan salah satu klien terbesar perusahaan pasti akan mengurangi keuntungan.

’’Kalau kami sebenarnya tak peduli ada penangguhan 90 hari itu. Tak ada dampak langsung terhadap kami,’’ timpal Ren.

Ayah Meng Wanzhou, petinggi Huawei yang sedang tertahan di Kanada, tersebut mengklaim bahwa amunisi bisnisnya sudah cukup. Soal peranti lunak, raksasa teknologi itu sudah mengembangkan sistem operasi jauh hari sebelum Presiden AS mengeluarkan perintah eksekutif. Soal peranti keras, Ren menyatakan bahwa setengah dari cip yang digunakan sudah diproduksi di dalam negeri. ’’Kami bisa saja membuat cip yang sama dengan AS. Tapi, bukan berarti kami tak mau membeli produk mereka,’’ tegasnya.

Sayang, tak semua percaya dengan klaim Ren. Pengamat pasar modal dunia merasa bahwa ambisi Huawei rentan gagal. Terutama misi untuk membangun ekosistem mandiri buat ponsel mereka. Menciptakan sistem operasi yang bisa menarik hati konsumen tak semudah membalik telapak tangan. Butuh lebih banyak dari sekadar modal dan programer andal.

’’Lihat saja perusahaan seperti Nokia, BlackBerry, dan Microsoft. Mereka semua gagal dalam upaya serupa,’’ ungkap Ryan Whalen, wakil direktur Law and Technology Centre di University of Hong Kong.

Padahal, saingan Huawei di pasar global bukan hanya satu atau dua perusahaan. Raja smartphone Samsung tak berminat mengendurkan laju penjualan. Harga sahamnya meningkat 2,7 persen saat bursa Seoul ditutup kemarin. Kuda hitam seperti Xiaomi dan Oppo sudah menjamah pasar Eropa.

Perusahaan AS Mengeluh

Huawei hanya salah satu bab dari perseteruan dagang antara AS dan Tiongkok. Bab lainnya, perang tarif, juga belum selesai. Dalam surat terbuka, 173 perusahaan sepatu baru saja memprotes rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan tarif 25 persen terhadap kelompok barang dengan nilai sekitar USD 300 miliar (Rp 4.344 triliun).

Dalam rencana itu, perusahaan alas kaki bakal terkena dampak. Pemilik merek termasyhur seperti Nike, Adidas, dan Under Armour langsung meminta Trump membatalkan rencana tersebut. ’’Mewakili ratusan juta konsumen sepatu dan ratusan ribu pekerja, kami berharap Anda menghentikan kebijakan itu,’’ ujar mereka menurut The Straits Times.

Sebagai industri yang membayar pajak USD 3 miliar (Rp 43 triliun), pelaku industri menegaskan pasti akan melimpahkan beban pajak kepada konsumen. Padahal, Nike saja mengalihdayakan 26 persen produksi sepatunya di Tiongkok. Skechers justru lebih banyak lagi 65 persen.

’’Keuntungan kami tak akan cukup menanggung kenaikan beban. Pastinya beban itu akan kami bagi dengan pembeli,’’ imbuh Direktur Operasional Global Wolverine World Wide Michael Jeppesen. (bil/c22/dos)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X