APALAH arti keberadaan pasangan, jika lahir dan batin seorang istri tak pernah dinafkahi. Bercerai, mungkin menjadi langkah terbaiknya. Dan hal itu yang dilakukan Karin --nama samaran.
Kehidupan pasangan suami-istri tersebut tampak adem-ayem pada awal pernikahan. Namun belakangan, sifat Bedu --bukan nama sebenarnya-- tiba-tiba berubah. Ia tak lagi menganggap Karin sebagai istrinya. Sikap cueknya pun tak diketahui Karin apa alasannya.
Terhitung selama setahun, hubungan rumah tangga mereka mulai tak harmonis. Dari awalnya tak memberikan nafkah lahir, batin pun ikut diabaikan. Karin tak menerima dengan perlakuan dari Bedu.
Berangkatlah ia ke Pengadilan Agama (PA) Bontang untuk menggugat cerai Bedu. Sidang pun dilakukannya. Tetapi, karena fakta masih tinggal satu rumah terungkap di persidangan, majelis hakim pun belum bisa memutus cerai hubungan Bedu-Karin. Tak ingin berlarut-larut, Karin akhirnya pergi sendiri dari rumah. “Sudah sebulan saya pergi ke rumah keluarga. Karena tidak diputus cerai sama hakim,” aku Karin.
Keinginan Karin berpisah dengan Bedu tampaknya tak berjalan mulus. Saat panggilan sidang berikutnya, Bedu malah datang di persidangan. Tentu, hakim mengambil pertimbangan lain dengan kedatangan Bedu.
Karin pun tak bisa menerima, dan berharap hubungannya segera berakhir dengan Bedu. “Saya seperti dipermainkan. Dinafkahi tak pernah, mau cerai juga dipersulit. Padahal saya sudah keluar dari rumah itu,” ungkapnya. “Ngapain juga dia (Bedu) datang ke sini (pengadilan), kalau di rumah diam-diam saja,” tambahnya sambil menggerutu. (mga/rom/k18)