Rasa lega sudah menyelimuti siswa SMA. Pekan lalu, hasil kelulusan sudah di genggaman. Ada yang berhasil dengan nilai memuaskan hingga meraih nilai UN 100. Alias tanpa salah sedikit pun. Seperti yang berhasil diraih tiga siswa SMA 5 Balikpapan. Berikut ulasannya dimulai dari Nuraida. Siswi ini meraih nilai sempurna pelajaran bahasa Indonesia.
TIDAK pernah mengincar sehingga tak menyangka. Itulah yang dirasakan Nuraida. Peraih nilai UN 100 pelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang duduk di bangku XII IPS 2 ini menuturkan, sebelum ujian justru santai sekali. Tidak ada persiapan. Awalnya malah merasa tidak begitu maksimal. Begitu juga ketika ujian, niatnya hanya berhasil melewati proses dengan baik. Menurutnya saat itu, jika berhasil dapat nilai bagus saja rasanya sudah bersyukur. Nuraida mengaku baru intens belajar satu bulan sebelum ujian.
“Belajarnya hanya di sekolah dan ikuti materi yang telah diajarkan guru,” ucapnya. Dia tidak mengambil les khusus untuk menghadapi UN. Namun, tekun mengikuti bimbingan belajar yang sudah disediakan di sekolah. Setiap hari sepulang sekolah. Kemudian pulang ke rumah membuka materi dari catatannya selama di sekolah. “Kalau sebagian ada yang les, saya belajar hanya murni dari materi yang dikasih guru,” tuturnya. Perempuan berusia 17 tahun ini mengatakan, tingkat kesulitan UN bahasa Indonesia cukup tinggi.
Perlu analisa mendalam di setiap pertanyaannya. Banyak opsi jawaban pilihan ganda yang mengecoh. Sehingga harus memiliki daya teliti. Bahkan ada beberapa soal yang sempat membuatnya ragu dalam memilih jawaban. “Terutama materi seputar makna dan majas. Ada majas yang keluar belum pernah dipelajari, rasanya tidak familiar,” kata anak dari pasangan Alyas dan Juheriah tersebut. Walau tidak menyangka meraih nilai tanpa cacat, sulung dari tiga bersaudara ini memang menyukai bahasa Indonesia.
Bisa dibilang pelajaran ini yang paling dia gemari dan kuasai dibanding lainnya. Meski tidak pernah benar-benar mencoba ikut kompetisi di bidang tersebut. Setelah melepas seragam putih abu-abu, Nuraida sebenarnya ingin melanjutkan minatnya. Misalnya mengambil jenjang pendidikan S-1 jurusan sastra Indonesia.
“Menurut saya bahasa Indonesia unik. Ada beberapa kata yang membuat saya kepo dan ingin tahu. Kalau dapat kata baru, selalu penasaran,” imbuhnya. Menuntaskan rasa ingin tahu bisa dilakukan dengan mendalami sastra Indonesia. Sehingga dia benar mempelajari seluruh seluk-beluk bahasa Tanah Air ini dari dasar.
Namun sayang, tahun ini dia merasa belum mampu mewujudkan keinginan tersebut. Sehingga terpaksa harus menunda untuk masuk jurusan itu. Saat ini, dia berencana mengikuti tes di Poltekba jurusan Perbankan dan Keuangan. “Mungkin suatu saat nanti, rasa kepo saya bisa tersalurkan dengan belajar sastra Indonesia,” tutupnya. Atas keberhasilan Nuraida, pihak sekolah melakukan penyerahan piagam penghargaan pada Selasa (14/5). Selain itu, sekolah memberikan uang tunai sebesar Rp 100 ribu sebagai bentuk ucapan selamat. Serta hadiah tambahan uang tunai dari guru pembimbing mata pelajaran tersebut. (gel/riz/k15)
