Dari laporan kanal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cuaca di Kaltim memang tak bersahabat. Potensi hujan tak bisa dihindari. Bagi yang hendak mudik Lebaran jalur darat wajib waspada sebab longsor boleh datang tanpa diundang.
Menukil catatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pusat penelitian geoteknologi, petaka tanah longsor sering terjadi saat musim hujan lebat. Senada dengan itu, Paimin dan kawan-kawan dalam Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor (2009) juga menyebut terdapat dua variabel penentu kerentanan longsor, yakni faktor alami (hujan, lereng, geologi, patahan dan kedalaman bahan induk tanah) serta manajemen (penggunaan lahan, infrastruktur dan kepadatan penduduk).
“Biasanya terjadi ketika hujan berturut-turut tiga atau empat hari,” kata Kasi Peralatan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim Manatap Sibuea kepada Kaltim Post, Rabu pekan lalu.
Menukil jumlah petaka longsor, BPBD Kaltim mencatat sepanjang 2017–2018 ada 72 kejadian. Paling sering terjadi di kawasan Balikpapan dan Samarinda, kemudian Paser menyusul Berau dan Kutim.
Dari notasi harian ini, sejumlah jalan poros sejumlah daerah di Kaltim kerap alami petaka gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor. Misalnya, pada Desember 2016 lalu, tanah longsor tutupi jalan poros Berau-Kutai Timur (Kutim) terutama di Kecamatan Kelay. Dan jalur tersebut sebelumnya juga pernah alami bencana tanah longsor. “Jika sudah beberapa kali terjadi longsor sebaiknya pemudik memerhatikan kondisi cuaca sebelum berkendara,” ucapnya.
Setahun setelahnya, tepatnya Februari 2017 jalan poros Kaltim-Kaltara juga alami tanah longsor tepatnya di Kilometer 18 arah Tanjung Selor. Mengawali tahun 2018 hujan kerap menyapa Benua Etam dan dalam hitungan pekan sejumlah titik ruas jalan poros Sangatta–Bengalon, Kutim dijumpai retakan-retakan badan jalan akibat tanah bergejolak.
Paling berbahaya ketika itu ialah Desa Sepaso Selatan, sekitar 20 kilometer dari simpang Perdau, Kecamatan Bengalon. Sebab saat itu retakan nyaris separuh badan jalan retak. Hal tersebut berbahaya bagi pengendara saat mengemudikan mobil atau motor pada malam hari. Mendekati akhir tahun 2018, giliran ruas jalan yang hubungkan Kelurahan Mentawir–Desa Wonosari, Kecamatan Sepaku, Penajam Paser Utara nyaris putus lantaran badan jalan tergerus longsor.
Petaka tanah longsor memang tak bisa dihindari. Awal tahun ini saja jalan poros Kaltim-Kalsel juga alami retak dan alami penurunan sekitar 20 sentimeter. Lokasinya di kawasan Kuaro, tepatnya daerah Sungai Rie. Pemantiknya ialah hujan yang memancing air terjun kawasan Gunung Rambutan meluap dan meluber ke badan jalan negara. Air yang meluap tersebut disertai arus deras serupa banjir bandang. Akibatnya pergerakan tanah tak bisa dihentikan. “Makanya kami minta pengendara selalu waspada saat berkendara. Apalagi yang berkendara saat puasa, harus ekstra hati-hati. Bencana bisa datang tanpa diundang,” pintanya. (tim)