Berbisnis Sejak 1972, Pernah Dibayar Rp 1

- Senin, 20 Mei 2019 | 09:29 WIB

Trisnawati Tjandra mengaku sebagai pelopor usaha salon pertama di Samarinda. Perempuan yang karib disapa Yurisna itu menawarkan jasa potong dan keriting rambut keliling. Pedal sepeda dia kayuh, jasanya dibayar Rp 1 kala itu. Kini, Yurisna Salon and Spa jatuh ke tangan generasi kedua, anak ketiganya. Windie Karina Farmawati yang sekarang bertanggung jawab mengelola bisnis kecantikan tersebut.

SATU hal yang sangat disadari Windie Karina Farmawati, mempertahankan bisnis memang sangat berat. Pada awalnya, terjun ke dunia bisnis bukan kemauannya. Namun, kini dia telah mengambi alih Yurisna Salon and Spa selaku generasi kedua. Berdiri sejak 1972, Windie mengisahkan jika salon itu digawangi oleh sang ibunda, Trisnawati Tjandra.

“Kadang Mamah melayani pelanggan di pekarangan rumah mertuanya. Tapi, kalau enggak ada orang mampir, mamah keliling. Tempatnya biasa di bawah pohon dekat Tepian Mahakam atau pekarangan rumah pelanggan. Kelilingnya tiap hari,” jelas Windie.

Pada 1974, Yurisna saat itu berusia 24 tahun memutuskan membuka salon pertamanya di Jalan Pulau Kalimantan. Hanya bertahan dua tahun, kemudian pindah ke daerah Agus Salim. Salon pun berkembang pesat, membuat Yurisna memperluas usahanya dengan membuka restoran di Jalan Dr Sutomo pada 1984.

Naik dan turunnya usaha lumrah terjadi. Perempuan kelahiran 1950 itu mulai menyadari jika hasrat terbesarnya adalah di bidang kecantikan, bukan kuliner. Ketika merintis usaha restoran, jalan Yurisna tak mulus. Dia pernah melayani katering sebuah perusahaan. Ternyata perusahaan itu mengalami kebangkrutan dan tak sanggup membayar katering. Mengalami kerugian cukup besar membuat Yurisna hanya mampu bertahan tak sampai setahun di bisnis kuliner.

Sempat terlilit hutang, salon yang berada di Jalan Agus Salim pun harus dijual. Kemudian, Yurisna mulai mencari tempat baru dan mendapat lokasi di dalam gang yang berada di daerah AM Sangaji Samarinda. Lokasi yang agak sulit ditemukan sempat membuat orang mengira jika salon telah tutup.

Mulai bangkit kembali, salon akhirnya berlokasi tetap di salah satu ruko di bilangan AM Sangaji sejak 2003 hingga sekarang. Dari situ, makin banyak pelanggan kembali berdatangan. Banyak orang penting seperti pejabat yang senang dengan pelayanan salon.

Pada 2015, usahanya mulai macet dan sepi pelanggan tak bisa dimungkiri. Saat itu, memang banyak salon baru bermunculan dan menerapkan inovasi terbaru. Yurisna mengalami ketertinggalan dan tak mengikuti perkembangan zaman. Hutang semakin menumpuk, jika ditotal sekitar Rp 1 miliar. Pada 2016 suami Yurisna, Abdurrahman meninggal dunia. Semasa hidupnya, almarhum ikut membantu untuk melunasi hutang. Ketika sang suami meninggal, Yurisna berkeinginan menutup salonnya karena sudah tak sanggup mencari cara demi melunasi hutang.

Sebagai anak, Windie tak tinggal diam. Dirinya berusaha meyakinkan Yurisna jika usaha yang telah dirintis sejak nol ini harus bangkit kembali. Dia memutuskan mengambil alih salon. Demi kelancaran bisnis, dia mempelajarinya secara detail. Bisnis tidak sekadar praktik, ada teori yang mesti dipahami juga.

“Akhrinya saya tahu dan belajar kalau usaha yang dijalani itu omzetnya tak begitu besar, maka ada yang salah dengan diri saya sendiri. Jadi, bukan salah dari luar. Penting untuk tahu soal strategi dan pemasaran baik,” pungkasnya. (*/ysm*/rdm2)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X