Pahami Empat Pilar Bisnis, Fokus dan Ubah Strategi

- Senin, 20 Mei 2019 | 09:28 WIB

LATAR belakang pendidikan Windie Karina Farmawati adalah sarjana psikologi, bertolak belakang dengan bisnis. Awalnya, dia bercita-cita menjadi pengajar dan memiliki tempat penitipan anak serta sanggar kreativitas. Sang ibu, Yurisna menolak keinginannya. Memintanya agar meneruskan bisnis salon. Dari keempat anaknya, tak ada yang tertarik meneruskan. Windie adalah harapan.

Dikarenakan sejak kecil telah melihat bagaimana bisnis dijalankan oleh sang ibu, Windie secara tak langsung memahami. Ketika selesai mengenyam pendidikan tinggi di Surabaya dan sempat bekerja sebagai fasilitator di sana, Windie kembali ke Kota Tepian untuk menjalankan amanat sang ibu.

BERBAGI: Setelah paham soal bisnis dan menjalani bisnis keluarga, Windie juga kerap berkegiatan menjadi mentor dan membagikan pengalamannya kepada orang banyak. Dia ingin selalu berbagi ilmu. (IST)

 

Yurisna menurunkan pengetahuannya kepada Windie. Bahkan Windie sampai berangkat ke Jakarta, Bali, dan Surabaya untuk kursus kecantikan. Meski kini Windie yang menangani salon, dulu dia sempat merasakan posisi karyawan. Yurisna tak ingin memanjakan sehingga ingin anaknya itu merasakan segalanya dari bawah. Dia juga tak dianggap lebih spesial dibanding karyawan lain. Windie menyebut, sang ibu ingin mengajari anak-anaknya bagaimana proses perjuangan.

Selain salon, Yurisna pernah mengembangkan bisnis dengan membuka butik dan berjualan tas branded. Tak fokus kemana arah bisnisnya, sempat membuat masalah keuangan kembali terganggu. Masih menerapkan cara konvensional dalam hal pencatatan uang, membuat pola keuangan tak teratur.

 

-

MEMERHATIKAN: Di tengah kesibukannya yang lain, Windie menyempatkan diri untuk melihat langsung kinerja karyawannya. Terutama dalam merekrut karyawan baru. Dia yang memegang kendali.

 

Ketika Windie telah paham bagaimana bisnis seharusnya dijalankan, dia menemukan beberapa kesalahan yang memang berpotensi membuat salon sang ibu gulung tikar. Salah satu mentor bisnis Windie berkunjung ke Yurisna Salon and Spa. Saat itu, terlihat beberapa tas yang ia jual dipajang di etalase. Mentor Windie beranggapan jika barang tersebut sama sekali tak berhubungan dengan salon. Itu justru mencerminkan soal si pemilik usaha tak konsisten dan tak fokus dengan apa yang dia jalani.

“Mamah saya dulu memang banyak membuka bisnis lain. Sempat di dunia kuliner, berlian, dan akhirnya bikin butik juga. Jadinya enggak konsisten. Dulu juga kena masalah dengan kartu kredit. Tas branded itu kan mahal dan fesyen tentu selalu berkembang, kan? Mamah terlanjur menyediakan banyak stok, akhirnya enggak habis dan modal banyak tertahan di barang,” jelas Windie.

Sejak mengikuti pelatihan bisnis, Windie tahu jika saat mengelola bisnis dibarengi dengan sistem yang baik, hal-hal seperti terlilit hutang, omzet berkurang, dan lain sebagainya tidak akan terjadi. Dulu, karena masih diterapkan secara konvensional dan tak memiliki sistem, wajar jika usaha salon mengalami beberapa kendala.

Sekarang, Windie sudah lebih jeli dan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memperlancar bisnis. Menjadi mentor di Mini University program Bank Indonesia dan mengajar kewirausahaan di Universitas Widyagama Mahakam Samarinda, membuat Windie membagi pengalamannya. Dia menyebut jika kerugian yang sempat didapat menyentuh Rp 23 juta. Bahkan, saat masih oleh Yurisna, mencapai Rp 100 juta.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X